Oleh Hamidulloh Ibda
Peneliti Pendidikan pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Cara memutus penyebaran ISIS di sekolah perlu diketahui masyarakat. Sebab, penyebaran faham radikal Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sangat meresahkan masyarakat. Apalagi saat ini ideologi ISIS sudah merambah ke dalam dunia pendidikan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sekolah kini rentan dimasuki faham radikal ISIS (Kompas, 25/3/2015). Jika tidak segera diputus, maka sekolah dan anak-anak akan menjadi korban.
Islamic State Iraq and Syria (ISIS) dari kaum Khawarij atau orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam menjadi fenomena menggemparkan semua elemen. Faham yang dibalut dengan gerakan ideologi, alat perjuangan dan jihad ini sudah meracuni pendidikan di Indonesia yang harus diberantas. Pasalnya, ISIS adalah musuh bersama yang merugikan, merusak, bahkan membunuh manusia.
Sekolah sebagai lembaga penyebaran ilmu dan penggemblengan jiwa Pancasila harus bebas dari aliran keras. Faham dan ideologi ISIS jelas musuh Pancasila dan Indonesia. Sekolah di Indonesia saat ini sangat membutuhkan “benteng” bahkan gunting untuk “memutus” penyebaran ISIS agar tak menyebar di kalangan anak-anak dan pelajar. Sebab, anak-anak dan pelajar harus bebas dari faham keras agar mereka menikmati masa kecilnya, fokus belajar dan tidak terancam masa depannya.
Berita tentang penyebaran ISIS memang membuat “galau” masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi jika ISIS kini mulai masuk dalam pendidikan. Pasalnya, sekolah merupakan tempat yang potensial untuk menyebarkan aliran-aliran radikal kepada anak. Oleh karena ini, saat ini semua sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi harus “waspada” terhadap menyebarnya faham ISIS.
Mendeteksi Penyebaran
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia sangat potensial bagi perkembangan aliran radikal. Sekolah umum, madrasah atau pondok pesantren, saat ini juga mulai ramai diberitakan menjadi incaran penyebaran faham ISIS. Sebagai negara yang menjadi ladang subur perkembangan faham ISIS, semua kalangan harus mendeteksi dini penyebaran tersebut.
Menurut Kapolri, Indonesia menjadi ladang subur karena mayoritas penduduk Islam, maka stok orang untuk menjadi radikal banyak dan bisa membantu Khalifah Islamiyah (Jawa Pos, 23/3/2015). Penyebaran ISIS sebelum diberantas dan diputus melalui pendidikan harus dideteksi terlebih dulu, terutama oleh guru-guru di lingkungan sekolah. Apalagi saat ini sosial media menjadi wahana penyebaran ISIS.
Banyak pelajar dari SD sampai SMA ketika membaca berita dan provokasi tentang doktrinisasi ISIS tanpa filter. Tak hanya itu, di Youtube saat ini juga banyak beredar video ISIS yang secara otomatis mempengaruhi pola pikir pelajar. Dalam penyebarannya, ISIS sangat cepat menanamkan pengaruhnya dengan melakukan propaganda melalui sosial media. Selain itu, ISIS mengumumkan eksistensinya di Indonesia dengan membuat ancaman.
Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah, ada 514 WNI yang bergabung dengan ISIS. Kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ini dianggap menjanjikan kesejahteraan bagi mereka yang bergabung dengan ISIS. Orang-orang yang tertarik pun menjual hartanya di tanah air dan pergi ke wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah dan Irak (Antara, 24/3/2015). Data ini tentu sangat meresahkan kita semua. Jangan sampai anak-anak dan pelajar Indonesia teracuni virus ISIS dan menyebar menjadi tindakan radikal bahkan mengancam nyawa.
Memutus Mata Rantai
ISIS adalah musuh bersama yang harus diputus mata rantainya. Pemutusan ISIS harus dari akar, terutama lewat pendidikan. Jika tidak memiliki benteng kuat, faham ISIS potensial masuk melalui dunia pendidikan. Maka dari itu, sekolah, guru, masyarakat pendidikan harus waspada dan membentengi siswa dari pengaruh paham ISIS. Pencegahan masuknya paham radikal seperti ISIS bisa dilakukan sejak dini dan harus rapi dan terkonsep.
Ada beberapa langkah dalam pendidikan yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran ISIS. Pertama; pendidikan harus berani dan tegas menolak ISIS. Semua lembaga pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi perlu memaksimalkan pendidikan Pancasila sebagai benteng menolak ISIS, faham radikal dan potensi terorisme. Selama ini, banyak keluputan pendidikan, terutama guru, yang absen menanamkan pendidikan Pancasila kepada pelajar.
Kedua; semua guru, tenaga kependidikan, bahkan ustaz dan kiai di pondok pesantren harus steril dari penganut ISIS atau faham keras. Susanto (2015) menyatakan salah satu cara memberantas ISIS lewat pendidikan adalah memastikan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif bukan garis keras.
Ketiga; sekolah dan guru harus menyebarluaskan informasi dan pengertian tentang radikalisme, terorisme, faham radikal, jihad buta, pola penyebaran dan kaderisasi ISIS sampai bahaya ISIS. Pendidikan antiradikalisme dan antiterorisme juga harus digencarkan untuk memutus mata rantai penyebaran ISIS. Pelajar akan kebal dengan doktrin radikal jika mereka dibekali dengan pendidikan antiradikalisme.
Keempat; jika sekolah ingin mempersempit penyebaran ISIS, maka perlu adanya deteksi dini kepada semua pelajar di semua jenjang. Selama ini pendidikan luput bahwa banyak sekali faham radikal menyebar bebas di dunia pendidikan. Padahal dunia pendidikan adalah tempat menggembleng pelajar agar menjadi manusia bijaksana dan penuh cinta.
Kelima; pendidikan dalam keluarga harus berjalan maksimal. Orang tua sebagai guru di rumah harus mendampingi anak ketika membuka sosial media maupun internet. Perlu arahan dan bimbingan konseling kepada anak agar mereka tidak mudah menerima dan meniru faham radikal.
Keenam; selain polisi, semua pihak juga harus bekerjasama agar ISIS tidak menyabar di lembaga pendidikan. Tak hanya pemerintah, namun Kemendikbud, Kemenristek Dikti, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Kementerian Agama, MUI, Kodim, Dinas Pendidikan Kota dan Provinsi sampai UPTD Pendidikan dan sekolah harus bersama-sama memberantas ISIS.
ISIS merupakan musuh baru dunia pendidikan. Tanpa adanya usaha kuat memutus mata rantai penyebaran ISIS, maka pendidikan akan menjadi lahan subur penyebaran ISIS. Jika ISIS bekerja cerdas, maka semua lembaga pendidikan harus lebih cerdas daripada mereka. Jika terputus, maka anak akan menjadi insan Pancasila yang penuh kasih sayang dan toleransi tanpa kekerasan apalagi terorisme.