Sejarah Indonesia Kuno dan Modern adalah Sejarah Penderitaan dan Perampokan

0


Depok, Harianjateng.com – Sejarah Indonesia kuno dan modern adalah sejarah penderitaan dan perampokan. Penuturan itu dijelaskan M Yudhie Haryono Direktur Eksekutif Nusantara Centre, kemarin. Menurutnya, Indonesia hanya sejarah dari kekayaan, perampokan dan penderitaan. 
“Maka mengenalnya di masa purba adalah Atlantis, di masa jaya adalah Nusantara dan di masa menderita adalah Indonesia. Inilah negeri yang cara mengatasi penderitaan dan kolonialisme adalah dengan belajar pada Diponegoro,” jelas dia.
Penulis buku Melawan dengan Teks ini menyatakan pula bahwa Indonesia sangat kasihan sekali. “He was a freedom fighter who stood up to dutch colonialism, and was betrayed and ended up in exile,” ujar dia dengan bahasa Inggris.
Indonesia, menurut Yudhie, bersama kawannya melawan penjajahan. Bertumbuh perang Sumatera dan perang Jawa saat itu secara gagah dan diaspora. “Tapi kekalahannya membuat para idealis menjadi oportunis. Para pemilik otoritas kecerdasan dan moral kapok karena kemiskinan dan penderitaan. Maka, kebanyakan akhirnya menyerah, kalah dan bahkan menjadi kaki tangan penjajah. Inilah problem nalar dan mental kolonial yang kita warisi,” jelasnya dengan tegas.
Betapa berat. “Tetapi bukan tidak ada jalan keluar. Sekolah postkolonial lah jawabannya. Sekolah ini akan jadi ajang besar persemaian kaum muda idealis perealisasi konstitusi,” tegas penulis buku Merebut Mimpi Bangsa tersebut.
Tak mudah menerima Indonesia, kata dia, separuh lebih mata warganya bengkak. Air matanya habis. Tak ada lagi kesedihan yang tersisa di wajah mereka. Makin hari, kulihat ribuan orang tuna aksara. Kupastikan puluhan ribu orang tak punya rumah. Kusaksikan ratusan ribu orang tak bisa makan. Kutangisi jutaan orang tak punya rumah. “Kuperhatikan puluhan juta pengangguran tak bisa bekerja, setiap menit pula KKN merajalela,” tandas dia.
Memberi Indonesia, kata Yudhie, solusi melalui dentuman besar, kerja raksasa, revolusi jiwa. “Sebab negeri ini terlalu kaya jika hanya untuk selesaikan masalah mereka. Terlebih, menurutku ini hanya soal ketersesatan jalan ekonomi-politik saja. Tapi, harus disadari bahwa makin jauh kita tersesat (dalam jalan ekonomi-politik) maka makin jauh kita dapati ketercerahan jalan,” tukas dia.
Sebab, ujar Yudhie, ketersesatan itu memabukkan. Apalagi jika tersesat kaya, saat selainnya miskin. “Tersesat pintar, saat selainnya bodoh. Ya, inilah yang sedang terjadi. Rezim makin tersesat kaya dan pintar, saat rakyat makin miskin dan makin bodoh. Maka, mereka bahagia dan tertawa saat rakyat berduka dan menangis tanpa air mata,” pungkas dia. (Red-Harian Jateng 46/Foto: Nusantara Centre).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here