Industri Batik Indonesia Pantas Diangkat Kelas Internasional

10


Mahasiswi yang tertarik dengan batik di seminar internasional PPs Unnes

Semarang, Harianjateng.com – Industri batik Indonesia pantas diangkat kelas internasional. Hal itu diungkapkan Ir Roy Sianipar MM, Director of Small and Medium Industries of Regional II Java and Bali, Ministry of Industry Republic Indonesia, Sabtu (25/4/2015). “Batik di UNESCO sudah diakui sebagai cultural heritage,” ujarnya dalam Seminar Internasional bertajuk Conservation of Batik as the Cultural Heritage of Humanity dalam rangka Dies Natalis Unnes ke 50 tahun 2015.
Selain memamerkan wayang suket dan keris serta pedang Indonesia, dalam seminar ini juga memamerkan batik yang menarik perhatian para peserta seminar. Mereka antusias melihat dan mencoba membatik dengan tangan sendiri.
 
Dalam pemaparannya, Roy Sianipar yang dimoderatori Dr Januarius Mujiyanto MHum ini bertempat di Hotel Aston Asia Semarang. Seminar yang digelar Program Pascarjana Unnes ini bekerjasama dengan University of New South Walas (UNSW) Australia yang dirangkai dalam Internasional Seminar on Conservation of Cultural Heritage.
Menurut Roy Sianipar, batik Indonesia perlu cap agar menjadi identitas Indonesia. “Batikmark, adalah satu tanda yang menunjukkan identitas batik Indonesia,” ujarnya. Dalam pengelolaannya, Batikmart di Indonesia dikelola Balai Besar Kerajinan dan Batik. 
Batik-batik Indonesia, kata Roy, perlu memiliki Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI. Menurut dia, kalau PNS menggunakan batik pada hari Jumat saja, maka pemakai batik PNS bisa mencapai ribuan bahkan jutaan. “Untuk PNS jika hari Jumat saja bisa mencapai 3.995.000 orang,” terang dia.
Tidak hanya bagi PNS, Roy juga mengharuskan para pelajar, mahasiswa, karyawan dan masyarakat umum untuk memakai batik. “Kalau jumlahnya meningkat, maka pemakai batik di Indonesia akan semakin banyak dan cinta batik,” tegas dia. (Baca juga: Unnes Akan Buat Kampung Batik Kelas Internasional).
Dalam sesi tanya jawab, para peserta juga berharap ada rujukan baku tentang batik. Sebab, selama ini banyak mahasiswa menulis tentang batik, namun kesulitan mencari rujukan baku tentang batik. Ada juga peserta yang mengusulkan, agar tahun depan pelaksanaan seminar batik, panitia memberikan batik kepada semua peserta. (Red-Harian Jateng/HJ45/Foto: H. Ibda).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here