Semarang, Harianjateng.com – Prof Liz Williamson dari University of New South Wales (UNSW) Australia beri ceramah batik di Semarang, Sabtu (25/4/2015). Prof Liz menjelaskan materi desain dan teksil batik dalam agenda seminar internasional yang diselenggarakan Program Pascasarjana Unnes yang bekerjasama dengan UNSW Australia di Hotel Aston Semarang.
Prof Lis Wiiliamson memaparkan materi seminar bertajuk Design: Convenor Textiles University of New South Wales yang dimoderatori oleh Dr Issy Yuliasri MPd. Ia memaparkan dengan bahasa Inggris di hadapan ratusan mahasiswa Unnes dari program S2 (magister) dan S3 (doktor) PPs Unnes.
Biografi Prof Liz Williamson is an assciate professor and Convenor of Design Textile in Department of Art and Desigm University of New South Wales (UNSW) Australia. She is one of the internationally respected textile artist woh began weaving in the late 1970s. Her work reflect a longstanding interest in the history, use and construction of cloth itself. She has designed for industry, produced unique works for major exhibitions and maintained ongoing studio production, specualizing in hand-woven scarved and wraps, since establishing her own studio in 1985.
Dengan pemaparan berbahasa Inggris di depan ratusan mahasiswa PPs Unnes tersebut, Prof Liz Williamson berharap batik Indonesia selalu dicintai warga Indonesia sendiri. Pihaknya juga mengapresiasi kemajuan tekstil batik Indonesia sudah luar biasa di kancah internasional. Terbukti, tahun 2009 UNESCO sudah mengakui batik Indonesia.
Dalam pemaparannya, Prof Liz Williamson dari Australia tersebut juga memberikan contoh-contoh desain batik yang bertaraf internasional. Ia menunjukkan salah satu jenis batik yang dijadikan rujukan. “This is Erna Bella Art, indigenous batik,” jelasnya dengan bahasa Inggris. (Baca juga: Batik Indonesia Pantas Diangkat di Kancah Internasional).
Prof Liz Williamson juga menjelaskan struktur dan desain batik Emily Kame Kngwarreye Utopia Batik. Selain itu, Pofesor dari UNSW Australia itu juga menjelaskan jenis batik dari berbagai dunia yang patut dijadikan rujukan batik dunia.
Profesof berambut putih tersebut juga menjelaskan hasil teksil batik dari India. “Cultural textiles projects in India,” jelas dia. Dia menjelaskan tentang cara membatik dengan kerajinan tangan yang sangat alami dengan hasil kelas dunia yang pantas di ekspor.
Setelah sesi pemateri kedua, acara seminar sehari ini dilanjutkan makan siang dan sesi diskusi pararel dengan moderator Prof Dr Supriyadi, MSi, Dr Rudi Hartono, MPd, Pasca Kalisa, MA, Fatma Hetami, MHum, Lulu April Farida, MPd dan Ikhwan Rosyidi, MHum. (Red-Harian Jateng/HJ45/Foto: H. Ibda).