Kegiatan mengampanyekan menyulap sampah jadi rupiah |
Temanggung, Harianjateng.com – Siapa yang bisa menyulap sampah menjadi rupiah? Sampah biasanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Namun, tim kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dan tim PKK Desa Purwodadi, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tidak setuju dengan kalimat di atas.
Keduanya bekerja sama mendatangkan pembicara dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung agar dilatih mengolah sampah menjadi produk yang bernilai rupiah, Kamis (7/5/2015).
Acara ini dihadiri oleh puluhan perangkat desa dan ibu pengurus PKK tingkat dusun dan desa. Pembicara dari BLH Kabupaten Temanggung Totok Suwanto mengatakan bahwa sampah plastik dan botol minuman dapat diolah menjadi kerajinan yang bernilai rupiah diantaranya bunga dalam pot, tas, dompet, dan sebagainya. (Baca juga: WMC UIN Walisongo Semarang Gelar Pelatihan).
“Ternyata sampah itu tidak hanya bisa dibakar atau dibuang, tetapi bisa dikelola dan dijual. Kalau saya rosokkan sampah saya, saya hanya dapat Rp 3000, tapi kalau saya buat kerajinan, dari 3 botol minuman bisa dapat 65-70 ribu,” ujar Totok sambil mempraktikkan pembuatan kerajinan dari botol minuman.
Dengan begitu, lanjutnya, sampah plastik dapat dijadikan barang yang bermanfaat. Ia menjelaskan bahwa jika sampah plastik ditimbun atau dibakar, akan berdampak buruk bagi lingkungan. Menurutnya, cara terbaik pengelolaan sampah plastik itu dengan didaur ulang atau dibuat kerajinan.
Koordinator tim KKN ke-64 UIN Walisongo di Desa Purwodadi, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung Irsyadul Aqli mengatakan bahwa acara ini terselenggara karena ada kesamaan ide antara tim KKN dengan pengurus PKK Desa Purwodadi.
“Berawal dari budaya masyarakat yang membuang sampahnya, kami dan tim PKK berfikir bagaimana memanfaatkan sampah agar tidak langsung dibuang. Akhirnya kami sepakat mengadakan acara ini,” ujar mahasiswa jurusan Ekonomi Islam UIN Walisongo Semarang ini. Dalam kesempatan itu juga Totok Suwanto mengatakan jika ibu-ibu ingin mendalami cara membuat kerajinan dari sampah, ia bisa didatangkan lagi. (Red-HJ45/Foto: Hasyim/Harian Jateng).