Semarang, Harianjateng.com – Syarat Walikota Semarang periode 2015-2020 selama ini yang penting memiliki modal, mau dan mampu, selain syarat pendaftaran dari KPU. Namun yang dimaksud syarat di sini adalah syarat secara substansial, spiritual dan sosial yang lebih luas daripada syarat administratif dari KPU. Hal itu menurut Hamidulloh Ibda Direktur Utama Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng dinilai sebagai hal yang paling dasar dalam kepemimpinan. (Baca juga: Koalisi Tugu Muda Buka Pendaftaran Bakal Calon Walikota Semarang).
“Syarat umum seorang pemimpin itu cuma dua, yaitu mau dan mampu,” beber dia, di Semarang, Kamis (7/5/2015). Menurut penulis buku Demokrasi Setengah Hati tersebut, saat ini bursa pencalonan walikota dan wakil walikota Semarang sudah ramai.
Walikota Semarang periode 2015-2020 menurut Ibda, dia harus seorang perwira. “Seorang ksatria yang tegak dan teguh, berani berpikir jujur, tentang apa saja tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan golongan,” ujar mahasiswa Pascasarjana Unnes tersebut.
Wira, kata dia, menurut Cak Nun adalah orang yang berani bersikap tegas pada nafsu dan ambisinya sendiri. “Wira adalah orang yang berani berperang pada semua yang melawan kebenaran. Berani bertanding dengan kejantanan dan kemuliaan. Itulah seorang perwira,” jelas dia. Seorang walikota, katanya, juga harus memiliki kewibawaan, di dalam dirinya terdapat perbowo. ”Bowo adalah kewibawaan, tidak sekadar aura, kharisma atau cinta,” tandasnya.
Seorang wira mengalahkan musuh dengan pedanganya, lanjutnya, seorang bowo mengalahkan musuh dengan tatapan matanya. “Darah dagingnya mengandung keindahan budi. Di dalam jiwanya ono budi, budinya ada,” tukas pria kelahiran Pati tersebut.
Seorang perwira yang menggenggam perbowo dan budi, ujar dia, tenaganya meningkat hingga berjuta-juta mega wat. Sosoknya, menjadi tampak besar, subur dan gagah meskipun kebesarannya itu disamarkan oleh suaranya yang cemeng. “Tapi ia bertahan oleh kalla waktu. Bahkan mengatasi dan mengendalikan waktu, bagaikan betara kala. Kala itu bukan kala jengking, bukan kala munyeng, tapi kalla saufataklamun, tsumma kalla syaufatak lamun,” pungkas dia.
Siapa saja yang terpilih dalam Pilwakot Semarang yang digelar Desember 2015 nanti, kata Ibda, harus berjiwa dan menjalankan syarat walikota di atas. “Kami hanya ingin bukti, bukan janji, rakyat sudah bosen dengan retorika pemimpin,” harap dia. (Red-HJ45/Foto: Harian Jateng).