Desa Tutup Blora, Kota Tempe di Kabupaten Blora Jateng

8


Blora, Harianjateng.com – Desa Tutup Kecamatan Tunjungan Blora adalah Kota Tempe di Kabupaten Blora Jateng. Desa Tutup mengklaim bahwa desanya adalah sentra tempe di Kabupaten Blora. Jika berkunjung ke sana, Anda harus mampir di rumah-rumah warga yang kebanyakan mengembangkan home industri pembuatan tempe mentah yang akan dijual ke pada para pedagang, resrotan, warung makam, dan kebutuhan konsumsi lainnya.
Desa Tutup adalah satu dari desa yang berada di Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Lokasi Desa Tutup relatif dekat dengan Kota Blora. Di sana, banyak sekali pengrajin tempe sebagai bahan baku yang didistribusikan kepada para konsumen.
Warga mengakui keberadaan pengrajin tempe di Desa Tutup sangat banyak, tak heran jika mereka mengklaim dengan memberi tulisan besar di spanduk yang bertuliskan Desa Tutup Centra Tempe yang bisa dilihat di dekat Jalan Raya Blora-Grobogan tepatnya di Desa Tutup tersebut.
Sebagai pusat dan penghasil tempe terbanyak di Kabupaten Blora, saat ini banyak sekali warga mengakui bahwa Desa Tutup memang penghasil tempe khas Blora. Sebab, tak hanya diekspor, dijual dan didistribusikan di Blora saja, saat ini tempe khas Desa Tutup tutup tersebut sudah diekspor ke berbagai wilayah. Seperti Grobogan, Rembang, Pati, Demak bahkan ke Bojonegoro Jawa Timur.
Pengrajin tempe mentah di Desa Tutup, Sariman, membenarkan bahwa Desa Tutup adalah pusat tempe di Blora meskipun tidak ada pabrik besarnya. Ia mengakui, home industri yang dibuat oleh masyarakat tersebut mampu menghasilkan tempe dari berbagai jenis dan gaya. Ada yang tipis, besar, tanggung bahkan super besar. Menurut Sariman, kadang pembuatan tempe juga disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Pengrajin tersebut menjelaskan, saat ini banyak juga pengrajin tempe di Desa Tutup menyerap tenaga kerja dari berbagai desa, mulai dari Desa Tutup tutup sendiri, Adirejo, Tamanrejo, bahkan dari Jetis dan juga dari Maguan. “Tapi kebanyakan dari Desa Tutup tutup sendiri,” ujarnya kepada wartawan Harianjateng.com, Jumat (8/5/2015). Menurut bapak dari dua anak tersebut, Desa Tutup harus dipublikasikan media agar semua orang Blora tahu dan mau membeli produk tempe karya dan khas Desa Tutup Blora.
Hal itu menurut Sariman memang harus didukung pemerintah bahkan persatuan UMKM setempat harus bisa mengangkat tempe Desa Tutup dikenal masyarakat Jawa Tengah. Apalagi, ada beberapa pengrajin yang tempenye unik karena dibungkus daun jati. Hal itu lah yang membuat tempe khas Desa Tutup menjadi menarik untuk dibeli dengan segala konsep naturalnya.
Tak hanya Sariman, pengrajin lain, Yono, juga berharap adanya publikasi yang mengangkat potensi tempe lokal khas Desa Tutup. Sebab, menurut Yono, masih banyak warga Kabupaten Blora belum tahu keberadaan pengrajin tempe di Desa Tutup. Maka tak heran, kata Yono, jika warga berinisiatif mengusulkan dan memasang tulisan Desa Tutup Centra Tempe agar masyarakat yang lewat Desa Tutup tahu bahwa dea kami ini pusat tempe.
(Laporan Ekonomi Bisnis Harian Jateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here