Atambua, Harian Jateng – Kurangnya pengontrolan dan pemantauan secara kontinu dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belu terhadap kekayaan laut yang berada di pesisir pantai utara Atapupu, menimbulkan makin maraknya pengeboman ikan dan rusaknya terumbu karang yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Akibat ulah dari pihak yang tidak bertanggung jawab itu, membuat geram pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belu dengan membentuk Kelompok Pengawasan Masyarakat (Pokwasmas) untuk turut membantu dinas terkait terhadap illegal loging yang makin marak di laut berupa pemboman ikan dan terumbu karang. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belu, Yani Bria di ruang kantornya, Senin (8/6/2015) kemarin.
“Ya, harus diakui bahwa karena kurangnya pengawasan dan pengontrolan dari kami Dinas Kelautan dan Perikanan ini, akhirnya banyak kekayaan laut berupa ikan, rumput laut dan terumbu karang rusak dibom oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tentunya kami pihak dinas terkait mengalami kerugian yang besar dengan rusaknya kekayaan laut. Pantai utara Atapupu itu sangat berpotensial sekali dengan kekayaan lautnya. Sayang, kita kurang memperhatikannya,” ucapnya kecewa.
Sebagai langkah antisipasinya dan sudah dengan dibentuknya Pokwasmas, pihaknya akan selalu meningkatkan pengawasan dan pengontrolan secara kontinyu di lautan lepas demi terjaganya kekayaan laut tersebut.
“Mungkin selama ini kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara kami dengan Pokwasmas. Pokwasmas itu dibentuk untuk membantu kami dan pokwasmas itu sendiri merupakan gabungan seluruh nelayan yang ada di Atapupu. Harus diakui juga bahwa kami membantu pokwasmas dengan membekali mereka berupa HP, teropong, kamera, live jaket, HT dan kapal speedboat 1 unit. Itupun bagi kami masih sangat kurang. Karena pantai Atapupu sangat luas wilayahnya hingga ke perbatasan Timor Leste di laut Mota’ain sana. Apa gunanya 1 unit speedboat dengan luasnya laut Atapupu? Tentu masih akan terjadi illegal loging di tengah laut,” jelasnya.
Selain itu, dirinya sangat berharap agar Pemerintah Belu boleh menaikan anggaran khusus untuk pengadaan kebutuhan pokwasmas yang masih kurang itu. Pantauan media ini ke laut Atapupu dan sempat bertemu beberapa nelayan yang tidak mau menyebutkan namanya dan sedang membereskan pukat dan jala untuk melaut, membenarkan adanya kerusakan terumbu karang dan penangkapan ikan secara illegal oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab dengan cara dibom.
“Setiap pagi dan malam hari selalu kami dengar bunyi bom di tengah laut. Kami nelayan biasa nih mau bikin bagaimana. Kami tidak punya senjata untuk menghalau mereka. Kami juga tidak punya kapal cepat untuk mengejar dan menangkap mereka. Kami sudah pernah melapor ke Pol Air di Pos Polisi Atapupu, tetapi tidak ada tindakan serius untuk menanggapi laporan kami,” pungkas dia. (Red-HJ38/Felixianus Ali).