Beberapa mahasiswa menikmati makanan di warung nasi kucing |
Semarang, Harian Jateng – Bagi mahasiswa, ngabuburit di Semarang paling ngirit ya di kucingan atau warung nasi kucing yang sangat terjangkau dari kantong dan dompet. Bagi mahasiswa yang saat puasa masih di Semarang dan belum mudik, tentu sangat galau kalau tidak bisa sahur dan buka.
Untuk mengatasi hal itu, biasanya banyak mahasiswa ikut agenda buka bersama, sahur bersama di organisasi, kampus, atau acara dinas dan lembaga lainnya.
Hal itu diakui Rohman, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Menurut dia, buka puasa dan ngabuburit yang paling ngirit ya di warung nasi kucing. “Paling habis Rp 10.000 sudah dapat makan, plus es,” ungkap dia kepada Harian Jateng, Sabtu (27/6/2015).
Menurut dia, selama ini buka puasa memang menjadi momentum terindah dalam puasa. Apalagi, di kalangan pemuda sudah terbudaya kebiasaan ngabuburit atau menunggu waktu buka puasa sambil melakukan berbagai kegiatan.
“Biasanya kebanyakan cuma mahasiswa dan kaum lelaki, akan tetapi kucingan saat ini juga diserbu mahasiswi,” jelas dia.
Selama ini, budaya ngabuburit memang unik. Saking uniknya, banyak sekali orang mencari informasi seputar pantun ngabuburit, ar ti ngabuburit, status ngabuburit, pengertian ngabuburit, ngabuburit artinya adalah menunggu buka puasa, ngabuburit 2015, ngabuburit wikipedia, DP BBM ngabuburit dan sebagainya. Hal itu menunjukkan kalau budaya mahasiswa di Semarang memang suka ngabuburit.
Harga nasi kucing yang terjangkau, bagi Rohman memang membuat mahasiswa tertarik. Apalagi masakan danresep nasi kucing juga relatif lengkap, mulai dari nasi ayam, nasi pindang, teri, ikan, nasi kucing balado, pepes, bakso, dan sebagainya.
Usaha nasi kucing di Semarang memang menjamur. Banyak orang belajar cara membuat nasi kucing untuk bisnis yang dibuka sore sampai pagi hari tersebut. Saking digemarinya, ada pula yang membuat nasi kucing sambel gledek atau sego kucing gledek yang sangat menarik perhatian.
Tak hanya Rohman, Ahmad Arifin, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Walisongo Semarang juga menggemari nasi kucing sebagai bahan buka bahkan sahur puasa. Menurut mahasiswa asal Kudus ini, memakan nasi kucing sudah menjadi budaya dan makanan mahasiswa sehari-hari.
“Ya selain irit memang di warung nasi kucing kita bisa tongkrong dan kongkow,” beber dia kepada Harianjateng.com. Apalagi, menurut Arifin, saat ini cari uang bagi mahasiswa juga susah.
Kalau masih mengandalkan orang tua ya mending beli nasi kucing, kata dia, daripada di restoran mewah dan mahal. “Kalau bagi saya sih, makan di mana saja yang penting murah dan dapat banyak, hehe,” papar di.
Budaya tongkrongan di warung nasi kucing memang sudah membudaya di kalangan mahasiswa. Saking membudayanya, kadang mereka berdiskusi berjam-jam di warung nasi kucing, padahal mereka jajan hanya habis Rp 5000 saja. Namun, hal itu sudah menjadi maklum antara pembeli dan penjual.
(Laporan Harian Jateng/Foto: Iluk/Harian Jateng).