Tempe |
Kendal, Harian Jateng – Ketidakstabilan nilai rupiah saat ini membuat para Usaha Kecil Menengah (UKM) mulai memutar otak untuk usahanya ke depan yang lebih baik. Namun karena berbagai kendala dalam pemerintahan, yang membuat para produsen tempe kini menjadi melemah.
Krisis rupiah yang menjadi kendala utamanya, membuat harga bahan pokok seperti kedelai yang semakin mahal, sehingga para produsen harus pandai mengolah bahan tempe dengan cara memperkecil ukuran tempe yang sebelumnya harga Rp 9.00/bungkus, kini menjadi Rp 1.200/bungkus. Karena bahan yang sulit di dapat dan produsen juga semakin kesulitan akan bahan baku kedelai nya dan akhirnya mereka pun harus mempunyai alternatif sebagai mana nilai jual yang masih stabil, namun harga pasaran juga masih sama.
Sangat memperihatinkan sekali, jika salah satu makanan favorit orang Indonesia ini terbilang mahal dan tak dapat produksi di pasar. Salah satu produsen tempe yang berasal dari Kaliwungu bernama Ibu Rini mengatakan harga kedelai saat ini naik tinggi.
“Sekarang harga kedelai yang tadinya dia beli Rp 4.000/kg sekarang menjadi Rp 7.000/kg jadi saya harus memutar otak agar tetap bisa produksi dengan harga yang stabil sesuai dengan pasaran,” ujarnya.
Oleh karena itu, sekarang para pedagang tempe tidak ambil pusing dengan naik turunnya harga rupiah yang melemah, toh itu masalah pemerintah yang menjadi tanggung jawab mereka yang disana. Rakyat kecil seperti para Usaha Kecil Menengah (UKM) hanya bisa berharap jika harga bisa tetap stabil dan tidak terlalu terbebani lagi.
Begitu pula dengan tanggapan masyarakat kecil yang biasa mengkonsumsi tempe ini kecewa, khususnya para pedagang gorengan dan rumah makan. Mereka mengeluh, jika tempe kini sulit ditemukan di pasar pada siang hari. Biasanya siang hari pukul 10.00 WIB masih ada pedagang tempe yang menawar-nawarkan tempenya ke para pembeli, namun saat ini jika mereka tidak pagi-pagi sekali, tempe sudah habis ludes oleh para pemasok dari pedagang keliling yang datang lebih awal.
Dengan harapan untuk mengsejahterakan rakyatnya dan pedagang kecil, sebaiknya pemerintah juga dapat mengsurvei akan harga-harga kebutuhan bahan-bahan pokok yang mungkin bisa meringankan nilai jual yang tidak terlalu tinggi, yang tidak selalu harus membeli bahan dari luar negeri yang lebih murah. Melainkan membeli bahan baku dari negeri sendiri, lebih murah dan terjangkau. (Red-HJ11/ Cinthia/Harianjateng.com)