Kuntoro Mangkusubroto |
Banyumas, Harian Jateng – Menurut M Yudhie Haryono, Direktur Eksekutif Nusantara Centre Indonesia, ada beberapa fakta-fakta unik orang Banyumas, Jawa Tengah. Selama ini, banyak sekali tokoh-tokoh yang lahir dan berasal dari Banyumas, mulai dari Ahmad Tohari, Saifuddin Zuhri, Kuntoro Mangkusubroto, juga Fathurrokhman Rektor Unnes, Budi Setyono Wakil Rektor III Undip, dan lain sebagainya tokoh-tokoh dari Banyumas.
“Ada kecerdasan luar biasa di otaknya. Itu mental Banyumasan. Jika sebelumnya kuceritakan Soedirman, Ahmad Tohari dan Saifuddin Zuhri, kini izinkan kusampaikan kisah inti Kuntoro Mangkusubroto,” beber dia, Selasa (8/9/2015).
Seperti diketahui, Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, MSIE, MSCE adalah salah satu tokoh Indonesia yang lahir di Banyumas. Menurut Yudhie, Kuntoro Mangkusubroto adalah orang pelit tapi cerdas. “Orang ini pelitnya luar biasa, tetapi kecerdasannya diakui dunia. Dia salah satu putra mahkota madzab neoliberal generasi kelima bersama Sri Mulyani dan kawan-kawan yang menyembah pasar dan memperbesar peran mafia minyak di Indonesia. Lahir di Purwokerto, 14 Maret 1947, doi dibesarkan dalam keluarga terpelajar. Ayahnya pengacara dan ibunya dosen di Unsoed, Purwokerto. Dia menjalani pendidikan SD hingga SMA di kota kelahirannya. Lalu masuk jurusan Tehnik Industri ITB dan lulus tahun 1972,” jelas Yudhie yang juga lahir di Banyumas.
Setelah lulus, lanjut Yudhie, dia menjadi dosen di almamaternya. Kemudian Kuntoro meneruskan pendidikannya di bidang industrial engineering, Stanford University (1976). “Lalu mendalami bidang civil engineering di universitas yang sama (1977). Ia juga meraih gelar doktor dari ITB (1982) dengan disertasi tentang analisa keputusan,” ungkap penulis buku Melawan dengan Teks tersebut.
Tahun 1983 Kuntoro, kata dia, kerja di kantor Sekretaris Negara menjadi staf ahli menteri muda UP3DN Ginanjar Kartasasmita dan menjadi Pembantu Asisten Administrasi Menteri Sekretaris Negara RI Safaruddin Husada, 1984. Lima tahun kemudian (1988) diangkat menjabat Direktur Utama PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tanjung Enim, Palembang.
Setelah itu, papar Yudhie, Kuntoro diangkat menjadi Direktur Utama PT. Tambang Timah (TT), pada Desember 1989 sampai 1994. Kemudian menjadi Dirjen Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi (1993). Tahun 1998, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.
“Setelah tidak menjabat menteri, Kuntoro mengabdikan diri sebagai Ketua ITB School of Business (2001). Tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya menjadi Kepala BP-BRR, lalu kepala UKP4,” ungkap dia.
Sayangnya begitu banyak jabatan, kata dia, kekayaan dan kecerdasan yg dimiliki, ia tak membangun kampung halamannya. Hanya villa megah di Baturaden yang jadi saksinya. Low profil dan solutif tetapi bagian dari mazhab neoliberalis itulah dirinya kini. (Red-HJ23/Foto: Tempo.co).