Suasana Raker CDIS di Warung Ndesa Ngaliyan, Semarang. |
Semarang, Harian Semarang – Menurut Direktur Centre for Democracy and Islamic Studies (CDIS) Semarang, Aulia Abdurrohman, tidak semua mahasiswa adalah intelektual. Meskipun selama ini hampir semua orang mengatakan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual, terpelajar dan menjadi agent of social change.
Baca juga: Intelektual adalah Orang yang Paham 4 Hal ini, Mau Tahu?
“Mahasiswa sebuah idiom yang sangat populer di kalangan kaum intelektual. kata Maha mempunyai identitas yang sangat tinggi, artinya keberadaan sesuatu itu berada di atas segalanya. Sedangkan siswa sebuah kata yang melekat pada diri kaum yang sedang berproses dalam mengasah pengetahuan guna menghilangkan kebodohan,” ujar dia, kemarin, di Warung Ndesa Ngaliyan, Semarang saat acara Rapat Kerja CDIS Semarang.
Mahasiswa yang dalam arti luasnya, kata dia, memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan sebuah gerakan yang akan meciptakan sebuah zaman baru.
“Dalam ruh mahasiswa ada yang namanya diskusi. Sebuah kegiatan yang mempunyai arti nilai yang sangat tinggi, yang mana duduk bersama salam satu forum bersama-sama mencari, membedah, mengupas dan mencarikan sebuah solusi dalam sebuah peristiwa ataupun kasus di lingkungan sekitar, baik dengan menggunakan pendekatan teori, maupun pengalaman yang di alaminya. seorang mahsiswa seharusnya mampu menghimpun semua kalangan baik itu kiai, priai, tukang becak, tukang ojek, tukang sayur dan lain sebagainya,” jelas dia.
Sebab, lanjutnya, ia mempunya arti nilai identias yang berada di atas yang harus diterapkan sesuai dengan maknanya.
“Mahasiswa yang baik adalah bagaimana ia bisa berada di depan sebagai penunjuk jalan, berada di tengah sebagai penyeimbang, dan di belakang sebagai pendorong sebuah zaman,” papar dia. (Red-HJ55/Foto: Harian Jateng).