Bambang Sadono (tengah) dalam seminar sehari |
Semarang, Harian Jateng – Dalam Seminar Sehari bertajuk Penguatan Sistem Demokrasi Pancasila di Sate House Sriwijaya Jalan Imam Bonjol nomor 184 Sekayu, Semarang, Senin (21/9/2015), Dr H Bambang Sadono SH MH anggota DPD RI yang menjadi pemateri tersebut menegaskan bahwa parpol harus memberikan pendidikan politik kepada kader dan tidak sekadar membagikan amplop saat momentum pemilu.
Baca juga: Pilkada Serentak di Jateng Dinilai Tak Sesuai Pancasila, Serius?
Pemimpin kita sekarang itu jarang yang mau mengajarkan pendidikan politik. Kapan Anda mendapatkan pendidikan politik? Nggak ada,” jelas dia.
Pengurus-pengurus partai itu kalau dikumpulkan tidak pernah diberikan pendidikan politik, kata Bambang, jadi malah cuma didik targetmu berapa, ini amplopnya dibagi.
“Ini rusaknya mental sudah luar biasa, caleg-caleg pasti sudah pengalaman,” beber pria yang juga menjadi dosen tersebut.
Berapa persen, kata dia, amplop yang dibagi dan menjadi suara? Paling cuma sepuluh persen.
“Jadi rusak semua, pemimpinnya rusak, rakyatnya juga rusak. Nah yang celaka, ini dimulai dari pemimpin-pemimpin di sana,” tukas dia.
Pemimpin yang di sana tidak mau mendidik pendidikan politik, kata dia, padahal itu tugas partai politik.
“Tugas partai politik adalah memberi pendidikan, tapi mereka tidak mau melakukan itu, mereka gampang-gampangan saja,” keluhnya.
Mereka tidak mau mendidik kader-kader, lanjutnya, mendidik pengurus-pengurus. “Kalau mau ada Pemilu, Pilkada, cari saja orang lain yang bukan pengurus partai, yang penting cari duit. Jadi kesalahan berpikir sudah dimulai dari pemimpin-pemimpin,” tandas dia.
Jadi Anda-anda ini sebagai anak-anak muda yang bergerak di politik, lanjutnya, apakah di Gerindra, apakah di PDI P, apakah yang di Golkar, apakah yang di PPP atau yang lain, coba amati apakah pemimpin-pemimpin partai jenengan sikapnya pragmatis dan idealistis?
“Apakah ada partai yang punya program untuk mendidik kader-kader mudanya, untuk menjadi kader-kader bangsa yang baik,” tanya dia.
Bambang juga menyoroti, seharusnya parpol mendidik kadernya sendiri agar siap menjadi pemimpin masa depan, bukan hanya mendekati orang-orang beruang, artis, pengusaha yang banyak duitnya ketika menjelang pemilu, karena menurut Bambang, mereka bukanlah kader partai melainkan orang lain.
“Kalau yang menang mereka, mereka ya tidak tahu idealisme politik, mereka tidak tahu karena bukan kader partai asli,” beber dia. Inilah potret, lanjutnya, dari kondisi perpolitikan kita saat ini.
Pertama adalah pemimpin, kata dia, kedua adalah manajemen kepartaiannya. “Kapan kita dididik?” Tanya dia.
Menurut Bambang, tujuan berpolitik adalah amal, bukan cari untung. “Kalau terjun di politik, niatnya adalah amal, itu Sila pertama dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. (Red-HJ55/Foto: Harian Jateng).