Batu akik dan bunga gelombang cinta. |
Demak, Harian Jateng – Batu akik nasibnya sama seperti gelombang cinta? Pertanyaan ini memang pantas dilontarkan, sebab saat ini demam batu akik mulai menurun panasnya. Masyarakat Indonesia sangat menyukai hal-hal yang sedang tren atau booming.
Baca juga: Harga Batu Akik Wonosobo Stabil, Daerahmu Bagaimana?
Entah siapa yang mulai memopulerkan hal-hal yang biasa menjadi luar biasa hingga akhirnya menjadi biasa seperti sedia kala. Mungkin merupakan dampak dari media sosial yang mulai akrab dan tidak terpisahkan oleh masyarakat.
Baru-baru ini masyarakat Indonesia dibomingkan dengan cincin batu akik, baik dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa, bahkan di pelosok desa pun ikut serta adil dalam memboomingkan batu akik.
Tak hanya di Semarang, dan kota-kota besar lainnya, di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, juga demikian. Demam batu akik di Kota Wali tersebut semakin menurun panasnya, padahal saat demam-demamnya, banyak sekali penggemar dan kolektor batu akik menghabiskan waktunya untuk benda bernama batu akik.
Ahmad Muthohirin, kolektor batu akik asal Menco, Wedung, Demak, mengatakan bahwa di tempatnya kini mulai sepi para peminat batu akik.
“Wah, sepi soalnya hampir semua sudah pada punya,” ujar dia, Minggu (27/9/2015).
Menurut pria tersebut, selama ini memang masyarakat digiurkan dengan hal baru, namun jika sudah bosan, maka akan mudah ditinggalkan.
“Kalau koleksi saya ya kecubung, bacan, badar besi. Tapi ya kini mulai murah, turun harganya,” papar dia.
Senada dengan hal itu, Neli warga Margolinduk, Bonang, Demak, mengakui bahwa banyak orang yang cinta batu akik, namun lupa dengan akvitas lainnya, sehingga ia justru “gila” batu akik.
“Saking cintanya paman saya sama batu akik sampai ia kena marah oleh Istrinya karena ia terus-terusan menghabiskan waktunya untuk mengosok batu akik agar tetap mengkilap” ujar dia kepada Harian Jateng.
Akan tetapi, umur batu akik pun tak akan lama mungkin tahun depan akan booming tren baru dan batu akik akan ditinggalkan oleh peminatnya. Sama halnya dengan tanaman atau bunga gelombang cinta, tanaman ini pernah menjadi primadona di tahun 2007-2008.
Bahkan ada yang rela menjual mobilnya demi untuk mendapatkannya. Saat ini sangat tragis sekali nasib yang telah dialami oleh gelombang cinta, mereka tidak terurus dan tidak diperdulikan pemiliknya.
Boleh saja kita mengikuti modernisasi yang samakin maju, asalkan jangan sampai tergiur dan merekalakan apapun yang kita miliki. Coba tebak akan ada tren apalagi di tahun-tahun yang akan datang? Entah, nanti kita lihat saja. (Red-HJ33/Foto: Nurma Zaufa/Harian Jateng).