Tiga pasangan Calon Walikota-Wakil Walikota Semarang |
Semarang, Harian Jateng – Tahapan kampanye pada Pilkada serentak 2015 sudah dimulai 27 Agustus 2015, salah satunya adalah Pilwakot Semarang 2015. Namun, kampanye yang dilakukan kandidat Pilkada masih berkutak-kutik pada masyarakat secara umumnya.
Baca juga: Berita Pilkada Serentak 2015 di Jateng.
“Padahal, masih ada lapisan masyarakat lagi yang disebut kaum khusus, yakni mahasiswa,” ucap Irfan Sona, mahasiswa UIN Walisongo Semarang, Sabtu (26/9/2015) di Jalan Ringinwok, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah.
Seperti diketahui, KPU Kota Semarang telah menetapkan tiga pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Semarang. Mereka adalah Soemarmo HS-Zuber Safawi, kemudian Hendrar Prihadi-Hevearita Gunaryanti Rahayu (Hendi-Ita) dan Sigit Ibnugroho Sarasprono-Agus Sutyoso (Sibagus).
Menurut Sona, para kandidat juga harus masuk kampus, karena di kampus juga banyak masyarakat pemilih khususnya pemilih muda. Tidak sebatas blusukan di pasar-pasar dan sejenisnya.
Dia menambahkan, meskipun ada larangan kampanye di kampus, yakni sesuai Pasal 88 UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum pada ayat (1) huruf (h) mengatur larangan kampanye menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan.
“Hal itu saya kira bisa disikapi dengan demikian rupa. Tanpa menggunakan embel-embel kampanye dan beragam perangkatnya, kandidat setidaknya bisa melakukan pendidikan politik di kampus, bukan politik praktis,” imbuhnya.
Kandidat bisa bekerja sama dengan pihak kampus membuat agenda-agenda seperti seminar kebangsaan.
“Acara tersebut bisa dijadikan momentum oleh pimpinan kampus untuk melakukan pendidikan potitik, misalnya menyampaikan pandangan terhadap persoalan yang dihadapi Kota Semarang kepada para kandidat”, ujar mahasiswa jurusan Perbandingan Agama itu.
Di sisi lain, ia mengharapkan kandidat pilkada mematuhi segala peraturan yang ada. Melaksanakan pemilu damai, tidak banyak kampanye hitam seperti pemilihan umum Presiden (Pilpres) 2014 kemarin.
“Antar kandidat jangan saling sikut-sikutan, dan juga jangan merusak alam saat memasang alat peraga kampanye (APK)”, ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan M. Arif Rohman Hakim, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UIN Walisongo Semarang, bahwa kandidat sebaiknya masuk kampus dengan desain tidak melakukan kampanye, tetapi melaksanakan diskusi-diskusi publik.
“Dari pemaparan para kandidat, tentu kita bisa mengetahui kualitas calon pemimpin kita itu,” tandas Hakim di lokasi yang sama.
Menurutnya, gaya berbicara para kandidat sudah bisa mempresentasikan karakter pribadinya, meskipun itu belum bisa menjaminnya.
“Namun saya yakin, mahasiswa akan mampu menilai mana yang berbobot dan yang tidak dibanding dengan masyarakat awam”, pungkas Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo itu. (Red-HJ55-Kumarudin/Foto: Harian Jateng).