Batu akik. |
Semarang, Harian Jateng – Pedagang batu akik di Pasar Dargo Semarang kini mulai kesepian karena animo masyarakat dengan batu akik mulai menurun drastis. Sebagai pusat perdagangan batu akik di Kota Semarang, Pasar Dargo kini tak seramai dulu. Pedagang mulai resah karena peminat batu mulia itu makin minim.
“Sekitar setengah tahun yang lalu, Pasar ini (Dargo) begitu ramai. Tapi sekarang sepi,” ujar salah satu pedagang di Pasar Dargo, Arif Dermawan, kepada Harian Jateng, pukul 11.05 WIB, Sabtu (10/10/2015) di Pasar Dargo Semarang.
Hal itu, kata dia, terjadi akibat banyaknya pedagang batu akik yang jualan di luar Pasar Dargo. Akibatnya, dagangannya tak selaku pada saat batu akik sedang booming dulu.
“Dulu saya bisa jual 3-4 kodi per hari. Tapi, sekarang 3-5 biji per hari,” ucap pria berumur 21 asal Jepara itu.
Hal senada juga disampaikan Widi Santoso. Sebagai salah satu pedangan di sana, kepada Harian Jateng, dia mengaku keramaian Pasar Dargo sekarang sangat berbeda dengan dua bulan terakhir yang lalu.
“Dua bulan lalu sini (Pasar Dargo) sangat ramai. Sekarang tingkat keramaiannya menurun drastis,” ujar pria berumur 41 asal Kudus itu, di tempat yang sama.
Penyebabnya tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Arif. Hal itu, kata dia, banyaknya pedangan batut akik yang beroperasi di ruas-ruas jalan.
Santoso menilai, Semarang perdagangan batu akik tidak seperti di Jakarta. “Kalau di Jakarta tidak ada batu akik yang dijual di jalan-jalan. Walaupun di emper-emper, di sana itu di pasarnya. Kalau di sini, setiap keluar gang atau jalan pasti ada pedangang”, paparnya.
Lebih lanjut, katanya, pedangang batu akik tidak bisa bersatu. Saling membuat komunitas sendiri-sendiri.
“Ada yang mengadakan event2 sendiri. Ada kelompok yang mengadakan pameran di sini. Nanti ada kelompok lagi mengadakan pameran di mana lagi,” ungkapnya.
Kecewa dengan Pemerintah
Banyaknya penjual batu akik yang berkeliaran di jalan-jalan membuat Santoso kecewa kepada Pemerintah.
“Di sini (Pasar Dargo) yang resmi, tapi luar diperbolehkan. Akhirnya orang gak mau masuk,” ungkapnya.
Padahal, kata dia, sebagian besar pedangan batu akik di Pasar Dargo adalah hasil relokasi dari Jalan Kartini. Ada pelarangan jualan di sana. Namun, ternyata pelarangan itu masih sebatas slogan.
“Sekarang yang jualan di sana (Jalan Kartini) malah lebih dari 100 orang,” ucapnya.
Santoso juga menyayangkan peran pemerintah yang tidak tanggap terhadap keprihatinan pedagang batu akik di tempat tersebut.
Pemerintah, kata dia, tak ada perhatian sama sekali. Malahan, dengan harga sewa tempat yang cukup tinggi, yaitu 1,5 juta per bulan, para pedagang tidak mendapat fasilitas yang memadai.
“Pengelolaan keamanan misalnya, bukan di pegang oleh dinas terkait, tapi dipegang oleh pihak ketiga,” ungkapnya.
Katanya, beberapa waktu lalu sempat ada beberepa kali pencurian, namun tidak ada tindak lanjutnya. (Red-HJ44/ Kumarudin/Foto: Linda)