Lele Terbesar di Wonosobo Gegerkan Warga

10
Puluhan warga mengangkat lele terbesar dalam karnaval mardi Desa Pungangan, Mojotengah, Wonosobo, Minggu (25/10/2015). 

Wonosobo, Harian Jateng – Replika lele terbesar di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah menggegerkan warga kampung Pungangan Gunung, Desa Pungangan, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo, Minggu (25/10/2015).

Tidak hanya replika lele, namun dalam karnaval tersebut, diramaikan pula dengan memamerkan gajah terbesar, batu akik terbesar, batang kayu terbesar hingga alpokat terbesar bersama puluhan replika lain yang diarak dari kampung Pungangan Gunung, arah Kalibenda hingga kembali ke Pungangan Gunung.

Perhatian warga setempat pun serius, karena benda dan makhluk-makhluk tersebut dibuat besar, tidak heran jika ratusan pengunjung dari desa tetangga datang berbondong-bondong hanya untuk menyaksikan karnaval menarik itu.

Tidak hanya puluhan replika, karnala merdi Wonosobo itu juga riamaikan dengan kesenian tradisional seperti ruded, seni lengger, kemudian barongsai, drum band dan juga seni rebana yang mengiringi proses karnaval tersebut.

Kusmadi Perangkat Desa Pungangan menuturkan bahwa pada mardi desa tahun 2015 ini, warga setempat mencoba untuk menampilkan replika atau salinan yang menyerupai bentuk aslinya. Unikna lagi, replika yang dibuat adalah hasil potensi yang ada di desa setempat.

“Kami ingin membuktikan bahwa potensi yang ada didesa kami ada lele, kayu, alpokat dan juga beraneka ragam tumbuhan lainnya. Karena, dengan tumbuhan tersebut warga bisa makmur dan sejahtera,” kata dia saat ditemui Harian Jateng di sela-sela karnaval tersebut.

Replika tersebut, dalam pembuatannya pun didasarkan sesuai dengan potensi atau yang ingin diunggulkan dari masing-masing RT setempat.

Pasalnya, merdi desa adalah sebuah agenda syukuran agar kesejahteraan, kekompakan dan keselamatan warga semakin bertambah lebih baik.

“Bentuk syukur warga kepada sang kholiq adalah menunjukkan betapa besarnya rejeki yang sudah dilimpahkan kepada warga. Baik berupa tanaman kayu, alpokat dan juga lele. Itulah bentuk syukur warga. Sehingga warga harus mengambil pelajaran dengan apa yang dipamerkan dalam karnaval,” beber dia.

Wahidun Panitia Karnaval Dusun Pungangan Gunung menjelaskan bahwa karnaval tersebut adalah kegiatan yang digelar sejak tiga tahun lalu. Sebab, proses mardi desa kali ini dibuat semeriah mungkin.

“Selama tiga hari tiga malam kami menggelar berbagai kesenian tradisional. Kemudian, karnaval diikuti langsung oleh 8 RT yang ada di Pungangan Gunung. Mereka menampilkan hasil karya seninya berupa potensi yang ada didesa,” kata dia.

Usai karnaval tersebut, menurut Wahidun, setiap RT diwajibkan menampilkan kesenian atau kegiatan lainnya. Pasalnya, untuk memeriahkan mardi desa, setiap RT menampilkan kesenian terlebih dahulu.

“Setelah kegiatan dimasing-masing RT, maka akan ditutup kegiatan bersama dengan gendotan di panggung utama,” kata dia. (Red-HJ15/Foto: Jam/Harian Jateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here