Dede Ardi Saputra. Foto: dok/pribadi/Harianjateng.com. |
Bagi Dede Ardi Saputra, berwirausaha, berbisbis, tidak harus menunggu lulus kuliah. Akan tetapi, berbisnis justru sangat strategis dilakukan saat masih duduk di bangku perkuliahan. Hal itu ia buktikan dengan mendirikan warung Bakso CowBoy86 yang saat ini sudah berdiri di jalan depan Masjid Ulul Albab Unnes atau tepatnya di Jalan Taman Siswa, Banaran, Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Untuk bakso CowyBoy86 pusat, berada di Jalan Cincin Kota nomor 350 Gemek Sekti, Tanuraksan, Kebumen, Jawa Tengah.
Dede Ardi Saputra merupakan salah satu mahasiswa Unnes yang sukses merintis bisnis. Ia menggagas usaha dengan mendirikan Bakso CowBoy86 .
CowBoy 86 adalah merk dagang dari produk yang dirillis Ardi, yaitu bakso sebagai makanan khas Indonesia. CowBoy86 secara resmi, berdiri tahun 2015 melalui Program Mahasiswa Wirausaha yang diselenggarakan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi dan Universitas Negeri Semarang.
Pemuda kelahiran Kebumen, 22 Desember 1994 ini juga berprinsip, bahwa menjadi mahasiswa mandiri adalah sebuah keniscayaan.
Tidak heran, jika pria asal Desa Penimbun RT 01 RW02 Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen tersebut berhasil lolos Program Mahasiswa Wirausaha Direktur Jenderal Perguruan Tinggi tahun 2015.
Ardi yang memiliki motto hidup “Berpikir dan Berjiwa Besar” ini kini bisa dikatakan sukses berbisnis jika dibandingkan dengan mahasiswa yang seusinya.
Keterbatasan bukan Penghalang
Bagi lulusan SD Negeri Penimbun Kebumen tahun 2007 ini, berbisnis dengan keterbatasan bukanlah masalah yang menghadang, tapi justru menjadi tantangan menarik.
“Saya memulai berbisnis dari keterbatasan dan ketidakmampuan. Usaha bapak saya kandas sejak 2012, padahal kebutuhan hidup selalu marangkak naik. Jauh sebelum itu, tahun 2008 sebenarnya saya sudah memberanikan diri terjun di dunia bisnis. Waktu itu saya duduk di kelas 8 SMP, waktu itu saya hanya tergiur akan janji manis teman yang mengajak terjun ke bisnis MLM,” ujar Ardi saat ditemui Harian Jateng di kios Bakso CowBoy86 , Rabu malam (28/10/2015).
Saya gabung, kata dia, dan bisa dikatakan berhasil karena memiliki member ratusan di usia segitu.
“Saya menjadi pemain networking termuda saat itu,” beber pria lulusan SMP Negeri 1 Karanggayam Kebumen tersebut.
Setelah lulus SMA, lanjut dia, cita-citaku bukan mau bisnis, tapi pengen jadi Taruna di Akpol. “Saya daftar 2 kali di Kepolisian dan masih gagal semua,” tandas Ardi yang juga alumnus SMA Negeri 1 Gombong tersebut.
Akhirnya, kata dia kepada harianjateng.com, saya disarankan masuk Psikologi Unnes, saya ikut SBMPTN di IAIN Walisongo Semarang dan lolos di Unnes.
“Setelah masuk di Unnes, jiwa entrepreneur saya muncul lagi,” ujar Ardi yang kini menempuh studi di Psikologi Universitas Negeri Semarang tersebut.
Tekad bulat Ardi berbisnis, juga terdorong karan ia pernah mengalami pengalaman menarik. Sebab, ia pernah hampir tidak bisa ambil kuliah semester 3 karena tak bisa bayar uang kuliah.
Dari situlah, beber dia, akhirnya saya memutuskan untuk berwirausaha. “Saya mengajukan proposal bisnis ke Unnes melalui Program Mahasiwa Wirausaha dan lolos dapet Rp. 4.000.000,” ungkap dia
Kemudian, lanjut dia, saya manfaatkan pengetahuan bisnis dan skill marketing yang saya miliki dengan menawarkan konsep Franchise atau kemitraan kepada calon investor.
“Akhirnya terbuka lah cabang kedua bakso CowBoy86 di Unnes,” jelasnya.
Sampai saat ini, strategi pemasarannya pun juga berbasis digital. Ia pun kini membuat website khusus Bakso CowBoy86 dengan membuat www.CowBoy86 .com sebagai sarana bisnis.
Bagi Ardi, mandiri memang susah tapi menantang. Buktinya, ia sendiri bisa melakukan hal itu dan menyiapkan diri sebelum tantangan MEA datang. Ia pun mengakui, sejak dini mahasiswa di semua lini perlu berbisnis tanpa mengurusi mental dan modal. (Red-HJ55/Foto: DAS/Harian Jateng).