Wonosobo, Harian Jateng – Bakorluh Jawa Tengah baru-baru ini mengadakan Magang Bagi Petani Aksi Pengembangan Kawasan Agroforestry “Kelompok Hutan Rakyat Kreatif Hasil Hutan Kian Produktif” di desa Kalimendong, Kabupaten Wonosobo.
Acara tersebut dilaksanakan 26-29 Oktober 2015 dan diikuti oleh beberapa kelompok tani dari berbagai desa setempat.
Pada Rabu (28/10/2015), berkesempatan hadir dalam forum tersebut, Ferry Firmawan, Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah yang membidangi pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Ferry menyebut, hutan merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Jawa Tengah, sehingga perlu adanya pelestarian, pembudidayaan tanaman hutan agar dapat menggerakkan perekonomian yang lebih baik.
“Jangan sampai, terjadi hal-hal yang bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan, bahkan terbakar dan merugikan banyak orang seperti di Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu lalu” ungkapnya.
Dalam forum tersebut, Ferry mendengarkan aspirasi dari Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat (APHR). Nisro, Ketua APHR menyampaikan bahwa saat ini telah dibentuk Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat dengan beranggotakan para petani hutan. Asosiasi ini memiliki peran penting dalam membantu pemerintah, melalui produk kayu yang legal, terdata secara lengkap dan rutin sehingga mengurangi terjadinya illegal logging.
Namun, produk yang dihasilkan petani jarang dilirik oleh Industri. Industri cenderung lebih senang mengambil kayu dari depo (tengkulak) yang tidak jelas asal-usul produknya.
Melalui Asosiasi, Ia menambahkan, para petani hutan dapat menjaga dan melestarikan lingkungan karena telah menggunakan sistem yang telah dijalankan yaitu setiap menebang 1 pohon, mereka diwajibkan menanam 3 pohon. Bahkan di daerah lain ada yang menanam mencapai 10 pohon. Di samping itu, Ia juga menyampaikan keluhannya terhadap kondisi petani hutan yang membutuhkan bantuan dan penguatan kelembagaan agar lebih meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar desa.
Sabar, salah satu peserta magang juga menyampaikan usulan dan informasi terkait kondisi petani saat ini. Para petani sering mengeluhkan tidak adanya asuransi bagi petani yang gagal panen, padahal perusahaan mendapatkan asurani jika terkena dampak kebakaran, kerusakan hutan karena kerusuhan atau huru-hara. Para petani juga perlu mendapatkan asuransi agar tidak mengalami kerugian saat gagal panen. Selain itu, perlunya perbaikan infrastruktur dan pemaksimalan potensi produk pertanian daerah.
Peserta lain, Agus Gunawan, menyampaikan keluhannya di sektor pertanian dan perkebunan yaitu belum adanya program yang jelas dan mengakomodasi kepentingan petani, kekurangan traktor, dan kelangkaan pupuk.
“Petani juga sering mengalami over produksi beras, jagung dan kedelai, namun agak sulit untuk menyalurkannya. Apakah ke Bulog atau ke mana?” keluhnya.
Ferry mengapresiasi usulan yang muncul dari bawah, karena inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, menerima saran dan menggali informasi serta kendala yang dihadapi agar dapat memberikan program yang hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh pihak.
Ia berjanji, akan mengawal aspirasi dari petani hutan yang berada di Kabupaten Wonosobo. Mengingat, kondisi petani saat ini belum bisa dikatakan sejahtera, padahal potensi hutan dan pertanian di daerah sangat banyak. Wonosobo memiliki produk andalan berupa salak pondoh, kayu sengon, dan domba Wonosobo yang perlu dikembangkan dan diperluas pemasarannya.
Dalam menggerakkan roda perekonomian menjadi lebih baik, Ia menambahkan, perlunya sinergi dari berbagai stakeholder. Setiap orang memiliki peran yang penting. Sebagai anggota dewan, pihaknya akan memaksimalkan fungsi pengaturan, fungsi pengawasan, dan fungsi penganggaran.
“Berbagai usulan dan rekomendasi dari para petani akan saya dorong ke komisi, agar mendapatkan alokasi yang layak sesuai kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan sehingga kesejahteraan petani tercapai dan potensi daerah dapat berkembang” paparnya. (Red-HJ33/Foto: MSFI/Harian Jateng).