Pedagang sayur sedang melakukan aktivitas jual beli dipasar sayur Siwuran, Wonosobo, Minggu (1/11/2015).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Bupati Wonosobo dan Wakil Bupati Wonosobo yang terpilih dalam Pilkada Wonosobo 9 Desember 2015 diharapkan peduli terhadap pertanian dan kondisi harga-harga hasil tani di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Bupati dan Wakil Wonosobo periode 2016-2021 tersebut, diharapkan mampu menjawab kegalaun petani setempat yang selama ini kurang diperhatikan.
Sebab, selama ini ratusan petani di Wonosobo selalu dirudung ketidakpastian akan harga hasil tanaman pertanian. Padahal, sebagian besar warga Wonosobo adalah petani yang menanam aneka jenis tanaman yang saat ini tengah dirudung kekhawatiran antara harga anjlok dan turun.
Para petani tersebut, tidak mampu untuk memprediksi naik turunnya harga pertanian. Maka dari itu, petani Wonosobo meminta agar Bupati yang terpilih bisa mestabilkan harga hasil pertanian. Supaya petani tetap berani bertani dengan jaminan kestabilan harga.
Petani cabai asal Kalitelu, Desa Lumajang, Wonosobo, Saryoto menjelaskan bahwa yang paling dibutuhkan petani adalah masalah keamanan harga.
Pasalnya, selama ini petani selalu bermain dengan harga pasar. Sebab, tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga.
“Kami sering dikasih tahu cara menanam yang baik. Tetapi, setelah kami bisa menanam dengan baik dan menghasilkan tanaman yang bagus kami kesulitan untuk memasarkan. Bahkan, kadang harganya tidak sebanding dengan biaya penanaman. Untuk itu, siapapun yang terpilih adalah membantu petani untuk bisa aman dari masalah harga,” ungkap dia di sela-sela menanam, Minggu (1/11/2015).
Selama ini, menurut pria tersebut, pemerintah setempat sudah hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, kehadiran mereka adalah memberitahu informasi akan model pengolahan dan penanaman yang sesuai standar.
“Sayangnya kehadiran pemerintah untuk menstabilkan harga belum sampai. Kadang, terlalu banyak tangan yang bergerak sehingga dari petani harganya sangat murah,” imbuh dia.
Dia juga menegaskan, sebenarnya masalah mendasar dirasakan petani Wonosobo adalah petani belum bisa mempridiksi harga. Sering sekali perkiraan petani selalu gagal dalam usaha tersebut.
“Ketika harga sedang turun, harga tanaman dengan sms satu saja lebih mahal nilai sms nya. Karena, pernah harga tomat itu perkilonya hanya Rp500. Sementara, SMS dua kali saja lebih mahal dibandingkan dengan nila hasil pertanian,” keluh dia.
Siro petani asal Munggang Wonosobo, juga sependapat dengan hal tersebut. Ia berahap, bupati terpilih yang memimpin Wonosobo selama 2016-2021 nanti, menyiapkan pasar yang ditangani pemerintah. Artinya, pasar tersebut membeli semuah sayuran dan aneka hasil pertanian dengan harga yang stabil.
“Nantinya petani bisa dengan mudah menjual barang hasil bumi langsung ke pemrintah. Tidak perlu menjual terlebih dahulu ke tengkulak atau lain sebagainya. Supaya, petani bisa merasakan akan hasilnya,” tukas dia. (Red-HJ42/Foto: FJ/Harian Jateng).