Cabai merah menumpuk dan tak terjual di pasar induk Wonosobo, Minggu (1/11/2015).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Jika ditotal, petani cabai di wilayah Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo mengalami kerugian sekitar Rp 4 miliar. Data tersebut, dihituang sekitar kurang lebih 200 petani cabai merah setempat.
Mereka mengalami kerugian begitu besar karena dampak musim kemarau. Seperti diketahui, petani tersebut menanam cabai merah keriting yang saat ini mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Amin penjual bibit cabai merah asal Serang, Desa Derongisor, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo, mengatakan di sela-sela berjualan, Minggu (1/11/2015), bahwa pada musim tanam tahun ini ada sekitar 1 juta bibit cabai merah keriting yang terjual kepada petani.
“Tingginya pembelian bibit karena mereka memperkirakan harga tahun ini akan sebanding dengan harga tahun lalu,” ungkap dia kepada Harian Jateng di Serang, Desa Derongisor, Mojotengah, Wonosobo.
Ia mengatakan, dari 1 juta bibit itu dibeli oleh sekitar 200 petani di wilayah Mojotengah dan Watumalang. Bahkan, setiap petani setempat rata-rata menanam sekitar 5000 bibit cabai merah di ladangnya.
“Kami memperkirakan satu bibit itu biaya untuk bibit, pengolahan, penanaman dan perawatan sekitar Rp4000,” ungkap dia.
Kemudian, lanjut dia, jika dikalikan 1 juta bibit maka ada sekitar Rp4miliar modal yang dikeluarkan oleh 200 petani cabai merah.
Dikatakannya, petani tersebut berasal dari wilayah Serang, Munggang, Krinjing, kemudian juga Gemawang, Dero Ngisor, juga Andongsili, Mojosari dan juga Jawar.
Dari puluhan desa tersebut, ada sekitar ratusan yang menanam cabai merah pada musim ini.
“Rata-rata mereka membeli bibit dari saya, dan ketika harganya sedang anjlok maka kerugian amat besar sudah dipastikan akan dialami. Dan itu baru sebagian petani di Wilayah Mojotengah, belum sama petani di Kejajar, Garung dan Kalikajar,” imbuh dia.
Dari data yang ia dapatkan, total kerugian itu dirasakan petani karena harga cabai merah hanya Rp5000 per kilogramnya. Di sisi lain, cabai yang besar harganya hanya Rp2000.
“Saat ini petani cabai sedang prihatin besar. Mereka juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa,” beber dia.
Sementara itu, petani asal Krinjing Wonosobo, Sugito mengatakan bahwa dirinya merasa ingin membawa satu truk hasil cabai merahnya untuk dibuang dipinggir jalan.
Sebab, hargannya sangat murah dan sangat jauh dari harapan.
“Kalau harganya sudah seperti ini kami hanya bisa pasrah. Karena, tidak bisa melakukan apa-apa. Dan kami juga heran kenapa harganya sangat murah sekali,” keluh dia.
Pihaknya sebagai petani juga tidak mengetahui secara pasti akan turunnya harga. Akan tetapi, selama musim kemarau ini petani sangat kesulitan untuk menanam cabai.
“Tetapi harganya kok bisa murah sekali dan saya tidak tahu penyebabnya,” papar dia. (Red-HJ56/Foto: Jam/Harian Jateng).