Delapan warga Wonoyoso, Kecamatan Mojotengah mengangkat replika batang pohon terbesar dalam karnaval memeriahkan mardi dusun Wonoyoso, Wonosobo, Kamis (5/11/2015).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Sedikitnya, ada puluhan replika tumbuhan dan hewan dipamerkan dalam mardi dusun Wonoyoso, Desa Mojosasi, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, pada hari Kamis (5/11/2015).
Akan tetapi, dari replika-replika yang diarak di Wonosobo tersebut, yang paling menarik adalah replika batang pohon terbesar yang dibuat sebagai bentuk syukur warga atas rejeki yang sudah diberikan sang kholiq melalui perantara kayu.
Dari pantauan Harian Jateng, sekitar delapan orang membawa replika batang pohon terbesar berkeliling empat dusun, yaitu Wonoyoso, Lemiring, Serang dan Mojosari Wonosobo.
Uniknya, replika tersebut adalah sumbangan RT. Tidak sekadar replika kayu, namun belasab replika binatang juga ditampilkan.
Bahkan, kesenian tradisional berupa drum band, calung, gambus dan lengger khas Wonosobo tersebut juga ikut serta meramaikan karnaval tersebut. Namun, ada makna tersendiri dibalik dibuatkannya replika batang pohon lengkap dengan sinso dan tukang pikulnya tersebut.
Kepada Harian Jateng, Kepala Dusun Wonoyoso, Kecamatan Mojotengah, Ma’sud menjelaskan bahwa sudah hampir tujuh tahun warga tidak pernah menggelar peringatan mardi dusun. Sehingga, ketika ada mardi dusun warga denan kompak ikut serta meramaikannya karena menarik warga setempat.
Karnaval ini, kata Mas’ud, ada 11 RT di dusun Wonoyoso yang ikut meramaikannya. Masing-masing RT, lanjut dia, menyuguhkan satu kesenian atau replika binatang maupun tumbuhan.
“Hasilnya, ada puluhan kesenian tradisional dan replika yang diarak oleh warga,” kata Mas’ud kepada harianjateng.com di sela-sela karnaval, Kamis (5/11/2015).
Menurut dia, alasan warga memilih untuk membuat replika batang pohon terbesar karena hampir sebagian besar warga Wonoyoso mengandalkan sumber rejeki dari pohon.
Artinya, pekerjaan mereka tak lepas dari angkat dan olah pohon yang sudah ditebang.
“Ada sekitar belasan pengusaha asal Wonosoyo yang memiliki pabrik kayu. Sehingga, secara otomatis sebagian warga Wonoyoso ikut bekerja di depo atau langsung ke ladang menebangi pohon yang sudah dibeli,” ujar dia.
Ia juga menegaskan, bahwa mardi dusun ini merupakan langkah ucapan syukur warga. Sebab, telah diberikan rejeki dan kesehatan oleh sang kuasa.
“Ini adalah bentuk syukur warga, kami memperingatinya dengan karnaval, dangdut, wayang dan pologoro,” kata dia.
Senada dengan hal itu, kepada Harian Jateng, Parman pembuat replika pohon mengatakan bahwa pembuatan replika batang pohon merupakan salah satu bentuk wujud syukur warga. Karena keberadaan pengusaha depo mampu meningkatkan derajat kemakmuran dan mengurangi pengangguran di daerah setempat.
Oleh karena, kata Parman, itu kami ingin menampilkan betapa besarnya manfaat dari sebatang pohon yang besar untuk warga.
“Kami membuat replika batang pohon, karena selama ini sumber rejeki sebagian warga berasal dari pohon. Untuk itu, kami membuat batang kayu lengkap dengan sinsonya,” papar Parman, salah satu pembuat replika tersebut.
Replika batang pohon tersebut, menurut Parman adalah dibuat dari bambu. Kemudian, menurut dia, dibentuk pola menyerupai batang pohon hingga akhirnya dibalut dengan terpal.
“Proses pembuatannya sangat sederhana tinggal membentuk pola menyerupai bambu. Setelah dibalut lalu dicat saja,” ujar dia. (red-HJ11/Foto: Fatjam/Harian Jateng).