Hasil Riset Terapan Perlu Dikembangkan Pemerintah dan Dunia Usaha

0
Pemateri saat berfoto bersama

Semarang, Harian Jateng – Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang (Polines), kemarin Rabu (11/11/2015) mengadakan National Engineering Seminar dengan tema “Penelitian Terapan untuk Mendukung Pengembangan dan Peningkatan Potensi Industri dan Manufaktur UMKM Nasional dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” bertempat di Gedung Direktorat Polines, Semarang.

Pembicara yang hadir pada kesempatan tersebut, yaitu Hana Roichati, SH, MH. (Perwakilan Dinas Koperasi & UMKM Jawa Tengah) dan Ferry Firmawan, Ph.D. (Wakil Ketua Umum KADIN Jawa Tengah). Seminar tersebut diikuti oleh peneliti yang merupakan dosen dari berbagai Universitas, tidak hanya dari Kota Semarang melainkan dari berbagai daerah di Jawa Tengah.

Hana Roichati, menyampaikan bahwa jumlah pengusaha di level mikro di Jawa Tengah sekitar 97 %, pengusaha kecil sekitar 2 % dan sisanya para pengusaha di level makro. Maka, pemerintah sedang gencar dalam memberikan program kepada pengusaha mikro tersebut.

“Memang, masih banyak kendala bagi pengusaha yaitu permodalan dan pemasaran. Namun, kami tetap optimis salah satunya melalui program OVOP (one village one product) yang berusaha memunculkan produk khas per desa,” paparnya.

Di Wonosobo dan Temanggung misalnya, produk yang terbuat dari Carica sangat mendunia, bahkan mendapatkan apresiasi dan bantuan permodalan dari Thailand. Produk Carica menjadi incaran bagi warga Thailand. Inilah yang perlu dikembangkan agar setiap daerah memiliki produk khas yang unggul hingga Mancanegara.

Sedangkan, Ferry Firmawan memaparkan bahwa Jawa Tengah merupakan sasaran bagi para investor untuk menamam modal usaha juga berpotensi menciptakan lapangan usaha. Peluang bagi UMKM jika dapat memanfaatkannya, tetapi pemerintah juga harus mendukung para pelaku UMKM sehingga tidak mengalami gulung tikar.

“Aneh, terkadang pemerintah tidak logis dalam menerapkan kebijakan. Bayangkan saja, dalam waktu dekat ini pelaku usaha akan dibebani dengan pajak 1 % dari jumlah omzet yang didapatkan, bukan dari labanya. Jelas, ini sangat memberatkan rakyat khususnya pelaku UMKM,” keluhnya.

Dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) ini, hendaknya pemerintah berusaha agar melindungi produk domestik dan pelaku usaha lokal melalui kebijakan yang populis. Tanggung jawab pemimpin sangat besar dalam hal ini agar tidak membuat masyarakat semakin sengsara.

Seminar itu berlangsung meriah, banyak informasi baru yang menjadi solusi alternatif bagi Pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Jawa Tengah. Anwar, salah satu peserta menyampaikan, Polines beberapa waktu lalu menggelar kompetisi riset bagi mahasiswa dan hasil penelitian mereka sangat bagus. Contohnya, produksi tempe dari kacang ruji, dan nugget dari biji nangka.

“Banyak potensi yang bisa kita ambil dari Perguruan Tinggi, termasuk hasil risetnya yang dapat membantu pemerintah dalam menciptakan alternatif produk makanan yang bergizi” ungkapnya.

Ferry yang termasuk anggota DPRD Jawa Tengah itu, memberikan apresiasi terhadap para akademisi yang mampu meneliti dan menciptakan inovasi dalam pengembangan produk UMKM. Pihaknya membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin berkunjung ke Komisi B yang membidangi perekonomian, agar dapat berkoordinasi dan bersinergi dalam memajukan perekonomian Jawa Tengah.

“Nanti saya akan bantu berkomunikasi dengan mitra kerja, baik Dinas Koperasi & UMKM maupun yang lainnya sehingga antara akademisi, pemerintah dan dunia usaha mampu menciptakan sinergitas luar biasa,” katanya.

Kegiatan tersebut ditutup dengan pemberian cinderamata kepada para pembicara dan dilanjutkan dengan presentasi oleh para peneliti yang hadir. (Red-HJ12/MSFI/Harian Jateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here