Anas perajin teralis asal Jlamprang, Kecamatan Wonosobo sedang mengerjakan teralis di rumahnya, Senin (16/11/2015).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Pembuatan teralis di sentra teralis Jlamprang, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah sangat tinggi.
Bahkan, dari data yang ada, setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan besi, para perajin teralis di Jlamprang Wonosobo tersebut mampu mengeluarkan biaya mencapai Rp 4 miliar.
Biaya tersebut memang seimbang dengan pemasukan, karena kebutuhan dan konsumen teralis di Wonosobo juga relatif stabil.
Perajin teralis asal Jlamprang Wonosobo, Anas, membeberkan abhwa bahan dasar yang digunakan untuk membuat teralis adalah besi.
Dikatakannya, besi yang digunakan adalah besi medium, besi hitam, stainlees, str dan besi jenis galvalum.
“Kebutuhan bahan baku teralis berupa besi sangat tinggi. Karena, perajin rata–rata menghabiskan uang sebanyak Rp10.000.000 tiap bulannya,” ungkap dia kepada Harian Jateng.
Jadi, lanjut dia, dari total 400 perajin jika setiap bulannya per perajin teralis menghabiskan Rp10.000.000 saja.
“Maka kebutuhan besi di Jlamprang mencapai Rp 4 miliar setiap bulannya,” imbuh dia saat ditemui di sentra teralis Jlamprang, Wonosobo.
Menurut Anas, jumlah kebutuhan besi disuplai langsung dari distributor dari Jakarta dan Wonosobo.
Selanjutnya, lewat koperasi perajin membeli atau memesan kebutuhan besi yang dibutuhkan untuk bahan teralis.
“Kami memesan dari koperasi, kemudian distributornya datang langsung dari Jakarta dan Surabaya. Kadang, ada toleransi untuk mengasurnya, karena sudah melalui koperasi,” papar Anas kepada Harian Jateng
Dikatakan Anas, para perajin teralis di Wonosobo, memang tidak bisa langsung membeli dari distributor langsung. Hal itu dikarenakan kendala biaya dan rendahnya informasi mengenai perusahaan besi membuat perajin tak bisa melakukan banyak hal terkait problem tersebut.
Sebenarnya, kata Anas, jika semua perajin di kumpulkan dan dibentuk kelompok.
“Kemudian, ada penyertaan modal dari pemerintah. Perajin bisa langsung membeli besinya dari perusahaan. Sebab, selama ini perputaran uang yang bersumber dari Jlamprang cukup besar,” ungkap pria tersebut.
Dikatakannya, hampir para perajin hanya mendapatkan hasil dari pemanfaatan tenaganya. Pasalnya, jika dihitung-hitung harga bahan dasar pembuatan teralis sudah sangat besar.
“Setidaknya tidak ada pengangguran, karena sebagian besar merupakan perajin teralis,” kata dia.
Anas juga menyebutkan, sampai saat ini ada sekitar 400 perajin teralis yang ada di Kabupaten Wonosobo. Menurut dia, sebagian memiliki bengkel sendiri dan sebagian lain sebagai pekerja.
“Total bengkel teralis di Jlamparng ada sekitar 80. Dan jumlah perajin teralis mencapai 400 orang,” cetus dia.
Senada dengan hal itu, Muflihun perajin teralis lain yang menekuni bisnis tersebut juga mengharapkan agar pemerintah hadir untuk mendampingi perajin teralis.
Pasalnya, usaha teralis merupakan sumber rejeki untuk masyarakat. Sebenarnya, kata Muflihun, jika dikembangkan dengan baik.
“Usaha teralis di Jlamprang bisa dijadikan sebagai obyek wisata. Karena, memiliki peluang yang sangat besar,” ungkap dia kepada harianjateng.com.
Dikatakanya, sudah ada kepedulia pemerinatah kepada perajin tetapi belum total. Sebab, beberapa pekerjaan pemerintah daerah yang berkaitan dengan teralis juga memesan langsung di Jlamprang Wonosobo.
“Memang ada beberapa pekerjaan yang dikerjakan perajin Jlamprang. Tetapi, butuh adanya pendampingan secara berkelanjutan. Supaya, perputaran uang yang besar itu bisa dikembangkan dengan baik,” ungkap Muflihun.
Jumlah pemesan teralis, menurut dia, tidak hanya dari Wonosobo saja. Akan tetapi juga dari luar daerah yang berbondong-bondong ingin memesan teralis di Jlamprang Wonosobo. (Red-HJ02/Foto: Jam/Harian Jateng).