Petani padi sedang menunjukkan tanaman padinya yang terserang penyakit mati “Nggulu” di lahannya, Minggu (22/11/2015).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Meskipun padi di beberapa wilayah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah tampak hijau dan tinggal menunggu waktu panen, akan tetapi ada juga penyakit yang meresahkan warga setempat.
Penyakit padi tersebut bernama “nggulu” atau penyakit mati pada padi. Hal itu menurup petani padi setempat adalah karena tingkat kesuburan tanah yang terlalu tinggi membuat bulir tanaman padi putih dan tak berisi. Di daerah lain, penyakit tersebut juga biasa disebut “gabuk” alias “kopong” tidak berisi.
Waluyo, petani padi Kleyang Jurang, Wonosobo, mengatakan bahwa kondisi tanaman padi yang terserang mati Nggulu pada awal pertumbuhannya sangat bagus. Pasalnya, daunnya sangat hijau dan anakannya cukup banyak dan tampak hijau.
“Tetapi memasuki muncul bulir padinya, maka mulai nampak penyakitnya. Sehinggga, dari satu tanaman terdapat tanaman yang mati nggulu,” tuturnya ketika sedang merawat tanamannya, Minggu (22/11/2015) di ladang miliknya.
Dikatakannya, penyakit nggulu tersebut baru dirasakan petani sejak musim panen diakhir tahun. Karena, pada panen puncak bulan ini diperkirakan hasilnya cukup bagus, pasalnya tanaman padi sudah bisa tersiram hujan yang jatuh dari langit.
“Setiap panen padi pada awal musim hujan. Biasanya hasil panenan cukup maksimal. Tetapi, ada satu yang meresahkan petani, yaitu mati Nggulu,” bebernya kepada Harian Jateng.
Pantauan di lapangan, sampai saat ini petani belum menemukan solusi terbaik untuk mengatasinya. Sebab, sudah berulangkali diobati tetapi tak mampu memberantasnya.
“Saya juga belum tahu obatnya, karena sangat sulit untuk bisa dinormalkan kembali,” tandasnya.
Sementara itu, Sarwanto petani padi lainnya kepada Harian Jateng juga mengatakan hal sama, yaitu penyakit nggulu memang belum ditemukan obatnya.
Dikatakannya, jika tanda-tanda mati nggulu adalah batang tanaman padinya mulai membusuk. Kemudian, menurut dia, buah atau bulir padinya tak berisi dan berwarna putih.
“Penyakit ini sangat mudah dilihat. Karena, warnanya putih dan tidak ada isinya,” bebernya kepada Harian Jateng.
Pihaknya menduga jika penyakit mati Nggulu lebih dikarenakan kondisi tanah yang terlalu subur. Di sisi lain, proses pengairannya tidak stabil. Sehinggga, pada saat pertumbuhannya sangat bagus.
Akan tetapi, ketika sudah mengandung dan mulai menetaskan bulir padinya gejala tersebut mulai kelihatan.
Memang sangat sulit untuk tanam padi, kata dia, tanahnya terlalu subur juga tidak bagus. “Kurang subur juga kurang maksimal, caranya harus penuh ketelitian dan mengatur kondisi tanah pada saat pemeliharaan,” pungkasnya.
Ia berharap, agar musim panen ini bisa maksimal hasil panen padinya meskipun penyakit nggulu menyerang. (Red-HW12/Foto: Fat/Harian Jateng).