Faridatul Muna. Foto: dok-pribadi/Harianjateng.com. |
Bagi Faridatul Muna, menjadi guru dan mengabdikan diri bisa di mana saja tempatnya. Akan tetapi, sarjana pendidikan ini lebih suka dan memilih mengabdikan diri di tempat kelahirannya. Perempuan yang kini tinggal di Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini juga menilai, menjadi guru memang penuh tantangan.
Sebab, dikatakannya, guru itu mengabdi, membimbing, mendidik yang memerlukan kesabaran dan keikhlasan untuk anak-anak.
Hal itu dilakukan, supaya mendapat tambahan ilmu dan menjadi pintar. “Bukan sekadar tambahan ilmu, tapi juga pengalaman dalam belajar. Guru sangat berperan penting dalam pendidikan,” ujar dia kepada Harian Jateng, Kamis (26/11/2015).
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 2015 yang diperingati kemarin, 25 November 2015, pihaknya menilai bahwa momentum tersebut sangat penting sekali.
“Ya, menurut aku adanya hari guru itu sudah sepatutnya ada. Karena untuk menghormati jasa guru. Jadi guru layak mendapat apresiasi,” tegas dia.
Pihaknya juga menegaskan, bahwa memuliakan guru sangat pentingn, baik di pendidikan formal maupun non formal. Sebab, menurut Farida, anak-anak sangat membutuhkan guru untuk membimbing mereka dalam segala hal.
Pilih Dukuhseti
Dari segi pengalaman mengajar, dara aktif di berbagai kegiatan sosial ini sudah bisa menyelami berbagai karakter dan lokasi mengajar.
Pasalnya, Farida mengaku pernah menjadi tutor atau guru les saat ia kuliah di Jogjakarta.
“Kalo dulu lulus pesantren sudah ngelesi. Kemudian lulus dari Pare Kediri juga ngelesi,” papar dia.
Kemudian, lanjut dia, pas di Jogjakarta ikut membantu ngajar di SMP N 7 Jogjakarta dan SMP N 16 Jogjakarta. Semua ngajar matematika.
“Saya juga pernah membantu ngajar TPA di salah satu masjid di Jogjakarta,” ungkap dia.
Perempuan yang kini mengabdikan diri di SD Ngagel 01 Dukuhseti, Pati tersebut, sebenarnya siap mengabdikan diri menjadi guru di mana saja.
“Mengabdi di mana saja saya siap karena pada dasarnya saya suka anak-anak dan sangat suka mengajar,” tandas dia.
Dulu, kata dia, saya sempat ikut ngabdi di Papua. “Tapi ortu nggak boleh,” ujar sarjana lulusan Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta tersebut.
Ia juga mengatakan, ada berbagai hal yang membuat ia betah di Dukuhseti, Pati.
“Kalau sekarang pengen ngabdi di Dukuhseti,” tegas Farida yang kini juga menjadi guru Bahasa Inggris di MA Madarijul Huda Kembang, Dukuhseti, Pati tersebut.
Saya rasa anak-anak di sini lebih membutuhkan saya, lanjut Farida, saya sempat bilang kalau saya nanti pindah tugas di Jogjakarta bagaimana? Anak-anak langsung sedih.
“Saya nggak masuk sehari saja, ditanyain anak-anak. Pada dasarnya gini, guru akan disukai muridnya jika cara mengajarnya enak dan asik,” kata dia.
Sejauh yang saya tahu, lanjutnya, anak-anak sangat senang dengan mata pelajaran Bahasa Inggris saya. Mungkin cara mengajar saya atau bagaimana.
“Karena mereka cepat sekali paham. Bagi yang tidak paham, khusus saya ajari sendiri berulang-ulang. Mungkin di situlah mereka senang. Anak-anak sempat tanya, nanti kelas dua yang ngajar Bahasa Inggris, jenengan lagi kan, Bu?” bebernya.
Anak-anak pengen saya yang ngajar, kata dia, berarti mereka suka dengan pelajaran saya. “Jadi saya sangat senang dengarnya,” ungkap Farida. (Red-HJ99/Foto: FM/Harian Jateng).