Bahlil Lahadalia saat menyampaikan materi di Rembuk Nasional JARI, Sabtu malam (28/11/2015). |
Jakarta, Harian Jateng – Bahlil Lahadalia Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2015 -2018, dalam Rembuk Nasional II Jaringan Indonesia di Singosari Room Hotel Borobudur Jakarta mengatakan bahwa pihaknya berwirausaha karena capek miskin, Sabtu malam (28/11/2015).
“Politisi sudah terlalu banyak, akademisi terlalu banyak. Mengapa kader HMI sedikit sekali yang berwirausaha,” tegas dia di depan ratusan pengurus JARI seluruh Indonesia.
Kalau kita di HMI retorika, kata dia, baca buku, menggiring orang yang tidak benar menjadi, itu sudah khatam di HMI.
“Tapi menjadi pengusaha masih sedikit,” tegas dia.
Bahlil Lahadalia adalah pengusaha yang merasakan pahit getirnya wirausaha dari bawah. Ia pernah menjalani profesi sebagai sopir angkot. Kiprahnya di dunia wirausaha, mengantarkannya
“Boleh hebat kita di intelektual, tapi kalau nggak punya uang ya susah,” ujar Bahlil Lahadalia.
Pihaknya juga mengatakan, bahwa menjadi politisi, akademisi, bagi alumni HMI sangat biasa. Akan tetapi, sangat luar biasa jika menjadi pengusaha.
Pemuda yang lahir di Banda, Maluku Utara ini bukanlah lahir dari keluarga pengusaha. Ayah Bahlil, berprofesi sebagai kuli bangunan dan ibunda menjadi tukang cuci.
“Begitu saya masuk HIPMI, bahwa kita jika masuk politik tanpa ekonomi, maka kita akan menjadi karyawan politik,” tegas dia.
“Jangan lagi kita terobsesi dengan gaya-gaya kita di cabang dan badko HMI,” tukas dia. Pihaknya menegaskan, bahwa sudah saatnya kader HMI berwirausaha.
Pertanyaanya kemudian, kata dia, apakah kita bisa menjadi pengusaha? Mengapa tidak? “Kalau kita fokus, kita pasti bisa,” beber dia. (Red-HJ99/Foto: HI/Harian Jateng).