Armanto Abbas. |
Bagi Armanto Abbas, menjadi Presiden BEM Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) bukan sekadar untuk bergaya, melainkan untuk ibadah dan mengabdikan diri di organisasi.
Hal itu, menurut mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unimus ini, sudah terangkum dalam empat peran mahasiswa yang selama ini ia pegang teguh.
“Ada empat peran yang harus diwujudkan oleh mahasiwa. Keempat peran ini adalah peran yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh mahasiswa,” papar Armanto kepada Harian Jateng, Rabu (2/12/2015).
Keempat peran tersebut yang pertama adalah agent of change. “Mahasiswa berperan di dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa. Saat ini bangsa kita sedang mengalami kondisi terpuruk. Dari segi ekonomi kita melihat masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, sementara maraknya korporasi asing yang mengeruk hasil bumi untuk kepentingannya,” papar Pria kelahiran Leubatang 4 Aprik 1994 tersebut.
Kesenjangan antara si kaya dan si miskin, kata dia, sangat jelas sekali terlihat. “Yang kaya sibuk memperkaya diri sendiri sementara yang miskin harus berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka,” tukas dia.
Dari segi politik, lanjut Armanto, kita melihat banyak pejabat yang melakukan korupsi, melakukan politisasi hukum. Mereka sibuk untuk memperkaya diri sendiri dan melupakan amanahnya untuk mensejahterakan rakyat.
“Bagaimana ingin menyejahterakan rakyat sementara uang rakyat saja mereka curi. Sungguh ironi memang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang dimilikinya tetapi untuk mensejahterakan kehidupan rakyat saja, negara ini belum mampu untuk melakukannya,” jelas aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tersebut.
Untuk itu, lanjut dia, mahasiswa sebagai agent of change diharapkan dapat membuat perubahan terhadap bangsa ini.
Kedua, iron stock. “Iron stock merupakan peranan mahasiswa yang tidak kalah penting, dengan idealisme yang dimilikinya membuat mahasiswa menjadi tangguh untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya,” jelas dia.
Mahasiwa, kata Armanto, adalah aset yang penting di dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Tentunya di dalam menjalankan peran ini mahasiswa harus memiliki skill yang di dapat dari pengalaman organisasi di kampus dan mahasiswa harus memiliki akhlak mulia agar ilmu yang ia dapat dapat dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Ketiga adalah social control. Dalam hal ini, menurut Armanto, mahasiswa berperan dalam melakukan kontrol ketika melihat adanya gejala yang tidak beres di tengah-tengah masyarakat. Mahasiswa yang akan mengontrol perilaku pemerintah yang bertentangan dengan Undang-undang dan merugikan masyarakat.
“Kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa bisa saja dalam bentuk demonstrasi. Selama ini orang berpandangan negatif terhadap mahasiswa yang melakukan demo. Padahal demo yang dilakukan oleh mahasiswa itu hanya semata-mata untuk membela kepentingan rakyat,” kata dia.
Siapa lagi yang akan membela dan menjadi garda terdepan dalam pergerakan untuk rakyat kalau bukan mahasiswa yang notabene juga berasal dari rakyat? Kata dia, tentunya demo yang dilakukan oleh mahasiswa harus mengindahkan norma-norma yang ada sehingga demo dapat berjalan dengan tertib dan damai.
“Selain dengan demonstrasi, mahasiswa juga dapat melakukan kontrol sosialnya dengan jalan diskusi dan melakukan kajian. Namun cara seperti apa yang tepat untuk melakukan kontrol sosial, itu dikembalikan kepada diri masing-masing mahasiswa,” beber pria tersebut.
Keempat, moral force. Dikatakan Armanto, mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena mahasiswa berperan sebagai teladan di tengah-tengah masyarakat. Segala tingkah laku mahasiswa akan diamati dan dinilai oleh masyarakat.
“Untuk itu mahasiswa harus pandai menempatkan diri dan hidup berdampingan di tengah-tengah masyarakat. Itulah keempat peran yang ideal dan seyogyanya harus dilakukan oleh mahasiswa. Implementasi dari peran tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa memahami dan menjalani nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” tutur dia.
Pendidikan diperlukan, kata dia, agar mahasiswa memiliki intelektual dan wawasan yang luas sehingga membantu di dalam proses berpikir untuk mencari solusi terhadap berbagai persoalan.
“Penelitian diperlukan untuk menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi masyarakat dengan landasan research agar karya tersebut tepat sasaran. Pengabdian masyarakat diperlukan agar ilmu yang didapat oleh mahasiswa tidak disimpan untuk dirinya sendiri tetapi berusaha agar masyarakat juga merasakan manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa,” ujar dia.
Betapa pentingnya peran mahasiswa, lanjut Armanto, untuk membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.
“Untuk itu kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar belajar mencari IP setinggi-tingginya namun kita juga harus berkontribusi nyata di tengah-tengah masyarakat. Karena mahasiswa adalah unsur terpenting dalam pembangunan bangsa,” pungkas dia. (Red-HJ99/Foto:AA/Harian Jateng).