Suasana Pemilwa UIN Walisongo Semarang, Selasa (22/12/2015). |
Semarang, Harian Jateng – Kebobrokan demi kobobrokan telah terkempulkan di UIN Walisongo Semarang. Mahasiwa yang motabene dapat dijadikan sebagai contoh dalam berdemokrasi, nampaknya hanya wacana tanbukti. Pasalnya, terseleggaranya Pemilihan Umum Mahasiwa (Pemilwa) Selasa 22 Desember 2015 ini, banyak kecurangan yang justru sangat menonjol dibandingkan kebaikan yang hanya jadi bualan semata.
Sesuai keterang Muhammad Nur Hasyim, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo mengatakan bahwa, pemilihannya tidak sehat, kredibel, apalagi maksimal.
“Tidak sesuai harapan. Ternyata pemilihan mahasiswa lebih norak dibanding orang yang tak berpendidikan”, katanya.
Pihaknya sangat menyayangkan bahwa, ketidak kredibelan Pemilwa diakibatkan oleh adanya Mahasiswa yang tak mengumpulkan Identitas namun bisa nyoblos.
“Ketika Kartu Tanda Mahasiwa (KTM) dikumpulkan, kemudian panitia penyeleggara menyuruh mahasiswa yang merasa megumpulkan KTM untuk antri, tapi tanpa adanya kroscek terlebih dahulu”, tuturnya.
Kejadian seperti demikian tentu sangat tidak patut dicontoh. Sebab tidak ada pengecekan ulang dari pihak penyeleggara. Dan ini akan mengakibatkan banyak suara yang masuk tanpa adanya identitas yang pasti.
“Aturan dari mana itu? Tentunya ini akan mengakibatkan masuknya ‘suara ghaib’ yang nantinya akan mewujudkan Pemilwa yang tak jelas,” pungkasnya. (Red-HJ99/Foto: War/Harian Jateng).