Abidin sedang menunjukkan pertumbuham tanaman padi dilahan yang dikelolanya, Minggu (3/1/2016).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Hampir semua prediksi musim para petani di wilayah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mental alis meleset. Bahkan, para petani tersebut kesulitan untuk memperkirakan musim.
Pasalnya, saat ini musim yang diperkirakan selalu meleset dari pengamatan. Akhirnya, hasil panen tanamannya tidak maksimal, karena tak bisa membaca musim dengan baik.
Petani cabai asal Kalitelu, Sugiono yang mengatakan bahwa sangat sulit untuk memperkirakan harga hasil panenan. Karena, pada musim kemarau tanaman cabai sangat sulit untuk ditanam. Namun, karena menduga,harganya akan naik, maka musim kemarau menanam dan merawatnya dengan baik.
“Ternyata setelah menanam tiga kilogram biji cabai, kemudian dirawat dengan baik, pada saat panen harganya turun. Padahal, sangat sulit sekali untuk menanam cabai. Kami mengira bahwa pada bulan besar dan syuro cabai naik, ternyata masih bertahan dikisaran Rp20ribu,” ujar dia, kemarin.
Ia juga mengaku, sudah kesulitan untuk memperikarakan musim. Karena, cuaca yang terjadi saat ini sudah sangat berbeda dengan cuaca pada masa lalu.
“Ada sedikit perbedaan, bedanya pada lamanya musim hujan dan lamanya musim kemarau. Keduanya sudah sangat sulit diketahui, padahal memahami musim sangat penting untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal,”tuturnya.
Sementara itu, kepada Harian Jateng, Abidin petani asal Pungangan mengatakan bahwa ada saat ini harusnya untuk tanaman padi yang sedang dipanen, hasilnya berlimpah.
Sebab, mulai bulan besar diakhir musim kemarau tanaman padi sudah ditanam. Lalu pada bulan syuro tanaman mulai hijau dan pada saat bulir padinya mulai terlihat, maka sudah turun hujan.
“Sayangnya perkiraan itu meleset, perkiraan sudah hujan. Ternyata hujan diawal bulan Desember, pada akhir Desember sedikit terang, akhirnya tanaman padi bulirnya kurang maksimal,” ujar dia kepada Harian Jateng.
Dikatakannya, pada saat musim masih bisa ditebak dengan baik, hasil panenan padi selalu berlimpah. Pasalnya, petani mulai tanam diakhir musim kemarau, lalu pada saat sudah musim hujan petani sudah mulai panen.
“Zaman dulu hasilnya bisa berlimpah ruah, namun sekarang sudah sedikit ada penyusutan,” ungkap dia.
Belum lagi, lanjut Abidin, ada serangan hama yang menyerang tanaman padi. Sebab, sekarang aneka hama menyerang tanaman padi.
Sebagian besar tanaman padi, kata Abidin, banyak yang batangnya busuk.
“Kemudian, membuat proses pertumbuhannya lambat lalu hasilnya kurang bagus,” imbuh petani tersebut. (Red-HJ99/Foto: Ja/Harian Jateng).