Puluhan sapi Madura sedang dijajakan di pasar Sapen Wonosobo, kemarin.
|
Wonosobo, Harian Jateng – Sapi asal Madura, Jawa Timur yang dijual di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ternyata kurang menarik nafsu para peternak sapi setempat.
Pasalnya, para peternak sapi potong di Wonosobo kurang tertarik dengan sapi yang berasal dari wilayah Madura. Hal itu dikarenakan perkembangan yang lambat serta warna kulit merah bata, paha belakang berwarna putih, kaki depan berwarna merah muda, kemudian juga tanduk pendek beragam dan panjang badan mirip sapi bali yang membuat peternak kurang minat.
Hasilnya, penjualan sapi Madura di Pasar Sapen lambat, pedagang pun lambat laun mulai beralih untuk berjualan sapi asli dari wilayah Jawa Tengah. Padahal, beberapa tahun lalu, sapi Madura mendominasi di pasar Sapen, Wonosobo tersebut.
Barjo pedagang sapi asal Watumalang, Wonosobo, kemarin mengatakan, semakin hari peternak kurang tertarik untuk membudidaya sapi asal Madura. Karena, mereka merasa jika keuntungannya sangat kecil, karena perkembangannya lambat.
“Awalnya masih banyak sekali peternak yang tertarik untuk mengembangkannya. Namun, tahun ketiga peternak sudah tahu akan hasilnya dan beralih memilih sapi brahma asal Wonosobo,” ungkap dia kepada Harian Jateng.
Dia mengatakan, untuk harga sapi asal Madura bila dibandingkan dengan sapi asli Wonosobo selisihnya cukup besar. Karena, bisa mencapai Rp1juta. Akan tetapi, perkembangannya sangat pesat sapi asal Wonosobo.
“Sebenarnya sapi asal Madura itu terbiasa dipelihara dilahan terbuka, sehingga ketika dikembangkan dikandang sapi madura akan merasa tersiksa. Dan perkembanganya juga sangat sulit,” ungkap dia.
Warna sapi juga sangat menentukan, karena untuk sapi warna putih paling dicari. Sementara itu, sapi warna merah bata, seperti stroli juga cukup banyak peminatnya. Namun, tidak bagi sapi madura yang berwarna hitam.
Apalagi, lanjut dia, sapi Madura yang warnanya hitam. Sangat sedikit yang mau untuk memilikinya. Sebab, kata dia, sebagian petani menganggap warna hitam dagingnya kurang bagus.
Sementara itu, peternak sapi asal Mojotengah Wonosobo, Sabar mengatakan bahwa peternak mulai memilih untuk tidak mengembangkan sapi madura. Pasalnya, perkembanganya kurang baik.
“Sebagian besar memilih untuk mengembangkan sapi pernakan Wonosobo. Karena, sudah bisa menyesuaikan dengan iklimnya,” jelasnya kepada Harian Jateng.
Pihaknya mengaku, sempat memelihara sapi madura dan sapi asal Wonosobo. Akan tetapi, setelah dipelihara selama satu tahun, hasilnya lebih menguntungkan sapi asal Wonosobo.
“Sapi madura untungnya hanya Rp1.000.000 saja, tetapi sapi yang berwarna putih asal Wonosobo bisa untung sampai Rp2.000.000,” pungkas dia. (Red-HJ99/Foto: Mil-Harian Jateng).