Salah satu karamba milik petani ikan di Waduk Wadaslintang, Wonosobo yang dikosongkan, Selasa (12/1/2016).
|
Wonosobo, Harian Jateng – Budidaya ikan di Waduk Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah makin menelan biaya besar. Tidak heran, beberapa petani ikan di waduk Wadaslintang tersebut terpaksa mengosongkan karambanya.
Menurut petani ikan setempat, mahalnya harga pakan ikan tak seimbang dengan hasil yang didapatkan selama mengelola menjadi salah satu karamba dikosongkan di Waduk Wadaslintang Wonosobo tersebut.
Apalagi, selama musim hujan, cukup banyak ikan yang terkena ombak waduk, lalu tumpah ke waduk tersebut.
Sugeng pemilik karamba di Waduk Wadaslintang, Wonosobo, mengatakan ada dua karamba yang dimilikinya. Karamba tersebut dibuatnya dengan menghabiskan biaya yang cukup besar.
Akan tetapi, setelah karamba dibuat, hanya bisa mengisi ikan beberapa kali saja, kemudian sebagian dikosongkan.
“Modalnya untuk membudidaya sangat besar mas, karena selama proses perkembangannya, pakannya jangan sampai telat, kita juga harus rutin untuk tetap menjaganya. Kalau modalnya terbatas, mendingan tidak usah diisi,” jelasnya pada Harian Jateng, Selasa (12/1/2016).
Dijelaskannya, keterbatasan modal menjadi salah satu pemicu utama. Pasalnya, setelah bisa membuat karamba, petani belum tentu bisa mengisinya. Padahal, biaya pembuatan karamba mencapai Rp10.000.000 an.
“Pada saat masih kerja, uang kami kumpulkan. Kemudian, uang yang sudah terkumpul dibelikan peralatan dan membuat karamba. Namun, perjalannya modal semakin besar, hingga akhirnya sebagian dikosongkan,” papar dia.
Dari pantauan di lapangan, ternyata petani yang mengosongkan karambnya cukup banyak. Pasalnya, mencapai puluhan karamba. Karena, satu karamba biasanya ada sekitar 4 atau sampai 8 kolam.
“Ada puluhan kolam di karamba yang dikosongkan, karena kesulitan mencari modal,” beber dia.
Dikatakannya, peluang untuk mengembangkan ikan di Karamba cukup menjanjikan. Hanya saja, modal yang digunakan juga cukup besar.
“Satu kolamnya itu paling sedikit butuh modal Rp5.000.000. Itupun terbilang sangat kecil, karena pakannya juga sudah mahal,” ungkap dia.
Subarkah pemilik karamba di wilayah Erorejo, Wonosobo, kepada Haria Jateng juga mengakui bahwa petani ikan yang mengelola ikan di karamba selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Mulai dari biaya untuk pengembangan, biaya pembuatan karamba yang cukup besar serta kesulitan pemasaran.
“Masih ada beberapa petani yang kesulitan ketika memasarkan. Kadang sudah ada karambanya, kesulitan untuk membeli bibit serta pakannya. Kadang sudah ada bibitnya, masih kesulitan untuk biaya pembuatan karambanya,” imbuhnya.
Dia mengatakan, sejauh ini ada beberapa kolam di karamba yang dikosongkan. Karena, musim sedang kurang bagus, sementara bibit butuh kondisi air yang tidak stabil.
“Bukan hanya modal, tetapi juga pertimbangan alam mas, karena kondisi air di waduk juga sedang tidak stabil,” pungkas dia.
Mahalnya ongkos pengelolaan karamba dan biaya lain, membuat petani ikan di wilayah Waduk Wadaslintang Wonosobo tersebut mengosongkan karambanya. Hal itu juga dipengaruhi kondisi ekonomi yang tidak stabil para petani ikan setempat. (Red-HJ99/Foto: Mil-Harian Jateng).