Petani Wonosobo Pilih Jual Biji Cabai

0

Petani cabai rawit asal Lumajang sedang memanen cabai rawitnya yang sudah merah, Kamis (14/1/2016). 

Wonosobo, Harian Jateng – Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, para petani memiliki cara tersendiri untuk mengantisipasi kerugian ketika harga cabai rawit sedang turun.

Mereka memilih memanen cabai rawitnya setelah merah lalu dijual setelah menjadi biji. Hasilnya harga biji cabai naik 5 kali lipat dibandingkan dijual ketika harga murah.

Petani asal Kembaran, Waluyo yang mengaku, belum menemukan solusi terbaik, ketika harga cabai rawit sedang turun. Akan tetapi, ada satu hal yang dipastikan harganya akan tetap tinggi, caranya dengan membiarkan cabai sampai merah, lalu dipanen setelah itu dikeringkan dan ketika para petani membutuhkan baru dijual.

“Itu salah satu cara yang bisa dilakukan, karena belum ada cara lain,”tuturnya.

Disebutkan, harga biji cabai rawit perkilonya mampu mencapai ratusan rupiah. Karena, kebutuhannya banyak tetapi persediannya sangat sedikit.

“Perkilonya bisa mencapai Rp250ribu, itu tergantung dengan kebutuhan yang ada,”jelasnya. 

Agar petani tidak mengalami kerugian yang besar maka harus ada upaya serius dari pemerintah. Sebab, petani akan mengalami kerugian yang besar ketika terjadi penurunan harga.

“Apalagi sejak bebebrapa hari ini harga sayuran terus merangkak turun, dan itu terjadi baru beberapa hari saja,” ungkapnya.

Sementara itu, petani cabai asal Kalitelu, Kecamatan Watumalang, Sugiono mengaku, sejak beberapa minggu ini harga cabai rawit mulai turun. Untuk itu, memilih memanen cabai rawitnya hingga merah lalu digunakan untuk bibit. Sebab, harganya bisa naik berlipat-lipat ketika dijadikan untuk bahan bibit.

“Sekarang harga cabai rawit perkilonya Rp8ribu. Kalau dijual, kita akan mengalami kerugian. Solusinya, memanen pada saat sudah tua dan warnanya merah. Cabai yang merah tersebut digunakan untuk bahan biji atau bibit cabai, harganya akan lebih tinggi,” katanya disela-sela memanen cabai di ladangnya, Kamis (14/1/2016).

Apabila dipaksakan di panen, maka petani akan mengalami kerugian. Sebab, biaya produksi tidak seimbang dengan harga jual.

“Kalau harganya sudah dibawah Rp10ribu, kami sudah pasti mengalami kerugian. Karena, biaya yang digunakan untuk mengolah lahannya saja sudah mahal,”jelasnya.

Kebutuhan bibit caba rawit ketika musim tanam, peminatnya sangat banyak. Sebab, memasuki musim tanam, sebagan besar petani menanam cabai.

“Karena kebutuhannya besar, sementara belum tentu ada barangnya. Maka kami memilih untuk dijadikan biji saja,” ujarnya. (Red-HJ99/Foto: Mil-HarianJateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here