Ledakan di Sarinah Jakarta Sampai di Wonosobo

0
Petani Serang, Kecamatan Kejajar, Wonosobo sedang membasuk wortel dirumahnya.

Wonosobo, Harian Wonosobo  – Harga sayuran di beberapa wilayah Wonosobo, Jawa Tengah langsung terjun bebas. Hal itu mirip tragedi peledakan di Sarinah, Jakarta, yang ternyata membawa dampak tersendiri bagi para petani sayur setempat. Sebab, satu hari setelah tragedi peledakan, harga sayuran di Wonosobo juga “meledak”.

Pantauan Harian Jateng di lapangan, beberapa hari yang lalu, harga sayuran terus melejit. Seperti halnya, sayur kubis yang sempat naik dikisaran Rp6ribu perkilogramnya, kini hanya laku Rp1500 perkilogramnya. Sementara itu, sayur bentul, sawi putih hanya laku Rp800 perkilogramnya.
Sabar tengkulak setempat, mengaku, tidak hanya sayuran kubis, namun hampir semua jenis sayuran mengalami penurunan. Seperti halnya sayur loncang yang beberapa hari sempat tembus Rp10ribu.

“Sekarang loncang hanya laku Rp6ribu perkilogramnya, padahal barangnya juga masih stabil dan tidak terlalu banyak,”katanya.  

Pihaknya tidak mengetahui secara pasti turunnya harga sayur secara spontan. Namun, berharap agar pemerintah bisa hadir dan menstabilkan harga.

“Masak spontan langsung turun, kami petani yang merasa khawatir, karena tidak ada perlindungan untuk harga,”tuturnya kepada Harian Jateng.

Sementara itu, Tuyono tengkulak sayur asal Gesing, Kecamatan Garung, Wonosobo, mengatakan sejak dua hari ini harga sayuran mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan itu tidak stabil, karena turunnya harga sayur langsung spontan murah.

“Pada dua hari yang lalu saya masih membeli Kubis Rp6ribu perkilogramnya, tetapi barangnya tidak laku. Akhirnya, harga sayur turun drastis dikisaran Rp1500 perkilogramnya,” ujar dia kepada Harian Jateng.

Pihaknya menduga, turunnya harga sayuran secara spontan ini karena dampak ledakan. Sehingga, rupiah kembali terpuruk, secara otomatis harga sayuran turun bebas.

“Sekarang rupiah mulai kembali tidak stabil, tergoncang ledakan. Bisa saja, membuat harga yang dihasilkan petani terjun bebas. Sementara, harga bahan yang dari luar negeri semakin mahal,”jelasnya.

Dijelaskannya, penurunan harga itu biasanya secara bertahap. Artinya, dari sayuran kubis yang Rp6ribu, pelahan menjadi Rp5 ribu, baru setelah  jangka waktu lama harganya semakin kecil.

“Baru kali ini harganya langsung turun dan kasian sekali petaninya,” ujar dia. (Red-HJ99/Foto: Mil-Harian Jateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here