Ilustrasi |
Pati, Harian Jateng – Uji coba padi organik di Kabupaten Pati, Jawa Tengah kini berhasil maksimal. Sebab, bisa menghasilkan 9,7 ton. Kelompok Tani Padi Mustika di Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mencatat hasil tes ubinan tanaman padi varietas mentik wangi organik dengan metode System of Rice Intensification (SRI) menghasilkan 9,7 ton GKP per hektare.
Ketua Kelompok Tani Padi Mustika Suroto di Pati, Rabu (3/2/2016), menandaskan bahwa hasil panen kali ini merupakan uji coba yang kedua setelah membuahkan hasil yang menggembirakan dengan varietas tanaman padi merah organik.
Hasil panen pertama untuk uji coba padi organik varietas merah yang ditanam di Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, menghasilkan 9,4 ton gabah kering panen (GKP) per hektarenya.
Keberhasilan tersebut, tentu menjadi penyemangat kelompoknya untuk terus mengampanyekan pertanian organik yang dimulai sejak dua musim tanam terakhir.
Dalam rangka mendukung kampanyenya itu, kelompoknya juga mengadakan pelatihan, pendampingan hingga bantuan pupuk organik atau kompos secara gratis kepada para petani yang berminat mencoba mempraktikkan pertanian organik.
Pupuk organik dan aneka pestisida nabati dibuat sendiri dan tidak ada yang beli.
Pertanian organik yang dikelola Kelompok Tani Padi Mustika, kata dia, menanam empat varietas tanaman padi, yakni merah inpari 24, mentik wangi, IPB 3 S, dan beras hitam.
Dari keempat varietas tersebut, dua varietas sudah dipanen, yakni padi merah dan mentik wangi, sedangkan dua varietas lainnya, yaitu IPB 3 S dan hitam, diperkirakan akan panen di awal Maret 2016.
Secara keseluruhan proses dan hasil pertanian organik yang dikembangkan di Pati, kata dia, mendapat pendampingan dari Nusantara Organik SRI Center (NOSC) asal Sukabumi, Jabar, yang diakui berpengalaman dalam budi daya pertanian organik dengan metode SRI.
Panen padi mentik wangi organik pada hari Rabu (3/2/2016) dihadiri Bupati Pati Haryanto beserta jajarannya.
Bupati Pati Haryanto mendorong Kelompok Tani Mustika agar terus mengembangkan kegiatan pertanian organiknya karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Upaya peningkatan hasil panen, menurut dia, cukup penting dilakukan karena saat ini orientasi bertani sudah berubah.
“Jika sebelumnya hanya memenuhi kebutuhan makan keluarga, kini orientasinya sebagai pendapatan,” tukas dia.
Untuk itu, kata dia, segala upaya peningkatan produktivitas harus didukung, terutama dari pemerintah.
Ia mengatakan bahwa pertanian organik memang memerlukan waktu untuk mencapai hasil maksimal karena ada adaptasi lahan dari yang awalnya dikelola secara konvensional menggunakan pupuk kimia menjadi pupuk organik. Demikian pula, dengan aneka pestisida untuk menghalau hama pengganggu. (Red-HJ99/Ant/Foto: Harian Jateng).