Petani Grobogan Lebih Tergoda pada Tebasan

0
Suasana panen di sawah Penawangan, Grobogan, Rabu (3/2/2016).
Grobogan, Harian Jateng – Musim panen di wilayah Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah telah tiba. Akan tetapi, petani padi di Penawangan Grobogan tersebut lebih memilih “menebaskan” atau menjual hasil panenya kepada tengkulak atau blantik padi.
“Kalau dipanen sendiri repot. Biasanya mahal, mulai dari ongkos kuli ngedos, sama konsumsi. Belum lagi biaya sewa mobil truknya dan pengeringan,” beber Sumadi (45) warga Penawangan di sela-sela mengurusi hasil padinya, Rabu (3/2/2016).
Kepada Harian Jateng, pria tersebut mengaku lebih mudah jika padinya dijual kepada tengkulak.
“Kalau dijual kepada tengkulak enak. Wujudnya berupa uang dan bisa untuk kebutuhan sehari-hari. Yang penting saya masih menyisakan padi untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap dia.
Soalnya, lanjut dia, kalau dijual semua ya tidak mungkin. “Kalau punya satu kedok (satu lokasi) sawah, itu kalau dijual ya repot. Tapi kalau lebih dari satu kedok, ya yang sebagian dijual,” ungkap dia.
Sementara itu, Hartono, tengkulak asal Demak mengakui bahwa budaya tebasan memang sudah diterapkan petani di berbagai daerah. Ia mengakui, para petani lebih simpel dan tidak perlu bersusah payah mengeringkan padi namun sudah dapat uang.

“Ongkos dari mulai tanam saja sudah banyak. Makanya wajar kalau dijual ke tengkulak,” beber dia. (Red-HJ99/Foto: Marta-Harian Jateng).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here