Guru SMP Purwokerto Himpun Cerpen Jadi Buku

0
Emmy D. Farida saat bercerita tentang kumpulan cerpennya.

Semarang, Harian Jateng – Kisah inspiratif ini datang dari seorang guru, namanya Farida D. Emmy. Ia adalah guru SMP Negeri dari Purwokerto, Jawa Tengah.

Senin (9/1/2016) malam, ia membincang buku yang ia tulis dalam Kumpulan Cerpen Sikas di Angkringan Kawan Kita Komplek Taman Budaya Raden Saleh Semarang.

Acara bertajuk diskusi sastra kumcer sikas tersebut menjadi momentum peluncuran buku yang dihadiri dari berbagai kalangan cerpenis, guru, mahasiswa, penyair, maupun seniman. Farida D. Emmy menyampaikan bahwa seorang guru juga punya tuntutan untuk menulis meski melalui cerita pendek.

Diskusi sastra tersebut diselenggarakan oleh RIC Karya Kota Semarang dan Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Cabang Semarang, dengan menghadirkan Cerpenis Eko Tunas, pembacaan puisi oleh Atik Sadewo dari Ungaran dan dimoderatori oleh Waluyo Suryadi.

Karya cerpen yang dikasih judul Sikas bercerita pengalamannya sebagai pendidik, tentang lingkungan yang dekat dengan dirinya.

“Membangun karakter anak didik bisa melalui media cerita. Begitupun pekerjaan menulis hasilnya tidak bisa dirasakan dengan cepat, tapi melalui proses yang berkelanjutan,” ujar Farida.

Cerpen Sikas, kata dia, adalah buah karya dari rasa penasarannya pada dunia sastra, karena saya lulusan Sarjana Bahasa Inggris.

“Namun ada nilai dan makna yang hendak ia sampaikan pada setiap judul yang tertulis,” tandasnya.

Sementara itu, cerpenis Eko Tunas mengatakan kumpulan cerpen karya Farida D. Emmy bercerita tentang pengalaman dan lingkungan yang dekat dengan dirinya, sekaligus sebagai bahan riset menjiwai bagi pengalaman estetika. Tentang murid-muridnya, kolega gurunya, sampai bercerita tentang penjaga sekolah yang kental dengan suasana pegunungan di daerhan Banyumas – Purwokerto.

“Bahkan ia tidak sekadar bercerita, tapi sarat dengan nilai keindahan yang sesunggunya, seperti yang dikatakan oleh Jean Paul Sartre: beauty is truth, truth is beauty: keindahan adalah kebenaran, kebenaran adalah keindahan,” tuturnya

“Tersirat dalam 17 cerpennya, mengenai kegelisahannya sebagai pendidik. Bahwa guru bukan sekadar pengajar, yang sekadar memenuhi tugas kurikulum,” ujar dia.

Bahwa guru terutama adalah seorang pendidik, lanjutnya, yang memberikan pendidikan budi-pekerti, sebagai jiwa dari ilmu yang diajarkan. (Red-HJ99/RIC).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here