Puspa Arum, Geluti Modelling Mulai dari Nol

0
Puspa Arum saat pemotretan. Foto: dok-pribadi/harianjateng.com.

Menjadi seorang model, tidak bisa dibayangkan seperti membalik telapak tangan. Sebab, bagi Puspa Arum, menjadi model harus diawali dari nol dan dengan jerih payah sendiri.

Hal itu berdampak pada kepuasan batin dan jika sudah sukses, maka akan menjadikan diri bangga dan bisa bertahan lama apabila tidak menempuh jalan pintas.

“Aku awal kali terjun itu akhir 2012. Dulu awalnya difoto sama salah satu fotografer Salatiga,” ujar Puspa Arum, saat ditemui Harian Jateng, Jumat (4/3/2016) sore di Semarang.

Itupun dia fotografer Salatiga, lanjut dia, kebetulan aku juga kuliah Unika, jadi ketemunya IKA Supra, Ikatan Alumni Soegijapranata.

Sama fotografer tersebut, Puspa mengatakan difoto candid secara konsisten. Terus, lanjut dia, aku dikontak sama yang yang punya fotografer.net dan hingga sekarang ia fokus di foto model. “Aku memang memulainya sendiri, dalm arti aku tidak ikut agensi, tidak ikut komunitas. Aku memang memulainya dari nol,” ujar perempuan kelahiran Semarang 5 Januari 1995 tersebut.

Dikatakan dia, fokus dalam modelling adalah foto model. Hal itu dikarenakan, ia sendiri mengakui bahwa dirinya tidak terlalu tinggi. “Foto model saja lah, catwalk kan aku kurang tinggi. Aku Cuma 164 cm, sekarang catwalk itu 170,” beber pemilik nama asli Galih Puspa Pujiningrum tersebut.

Menikmati Proses
Sejak akhir 2012 sampai 2016 ini, Puspa mengatakan bahwa dirinya sudah menerima event di lingkup Semarang dan sudah go nasional. “Aku itu event di Jakarta, Bandung, Pekalongan, Cilacap juga pernah, kemudian Jogjakarta, dan yang pasti Semarang juga sih. Kalau yang di Bali dulu aku cancel karena saat itu sedang sakit,” beber alumnus SMA Negeri 4 Semarang tersebut.

Ia juga mengatakan, sebenarnya dirinya mengenal dunia modelling sejak SMP. Diceritakan dia, saat SMP juga sudah mengikuti lomba-lomba catwalk. “Kalau lomba saat itu ya SMP ikut catwalk, tapi karena dilarang Papa ya tak kurangin,” beber dia.

Puspa juga menceritakan, sebenarnya ia mengenal model sejak kelas 5 SD dan belajar dengan Totok Sahak dan Ibu Tiyas yang mendirikan Srikandi. “Saat itu aku juga pernah ikut pemilihan lomba putri tingkat Jawa Tengah kalau tak salah, tapi pialanya tak kuambil di rumah Ibu Tiyas,” beber dia.

Nah, lanjut dia, sampai SMP aku memang sudah tidak belajar lagi di Srikandi dan piala-pialaku juga tidak tak ambil. “Kemudian ada agensi dari Jomblang ngontak aku tapi aku cuekin. Terus sampai SMA, ada yang nawarin aku, tapi aku lupa namanya,” beber dia.

Dari perjalanan tersebut, ia pun mengakui bahwa total di dunia model karena dicari oleh agensi modelling. “Ya aku nggak tahu, kan aku memang dicari,” imbuh model Semarang tersebut.
Ya memang model harus memiliki skill, kata dia, kalau itu jelas. “Kalau model nggak bisa pose, la terus DP nya kayak apa kan repot. Kalau model tak bisa pose, ya susah dan pasti tidak dipilih fotografer,” kata dia.

Bahkan, dikatakan dia, ketika foto nude pun harus pandai berpose. “Kalau nude, hanya bermodal terbuka dan tidak pose ya pasti tidak menarik,” tegas Puspa.

Ia juga menjelaskan, bahwa menjadi model perlu mengikuti perkembangan zaman. “Sebenarnya sih memang perlu, karena model kan mengikuti mode zaman. Kan fotoku dari dulu sampai saat ini kan beda-beda,” beber dia.

Di tahun 2016 ini, ia berharap agar semakin sukses dan makin laris. “Ya harapannya makin laris aja deh,” pungkas dia. (Red-HJ99/Foto: Puspa).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here