Ilustrasi: Peringatan HGN di Semarang beberapa bulan lalu. |
Jakarta, Harian Jateng – Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg. Farichah Hanum mengungkapkan bahwa penyakit gigi dan mulut bisa meningkatkan risiko fatal dari penyakit stroke dan jantung.
“Penyakit-penyakit gigi dan mulut dapat menjadi sumber infeksi (fokus infeksi) dan menyebar ke organ tubuh vital lain. Sebagai contoh penyakit gusi dapat meningkatkan risiko stroke pada lebih dari 50% penderita usia 25-54 tahun, risiko fatal dari penyakit jantung adalah dua kali lebih tinggi pada penderita gusi parah,” kata drg. Farichah Hanum, Rabu (23/3/2016).
Ia mengatakan, penyakit gigi dan mulut merupakan yang tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia dan penyakit dengan peringkat keempat termahal dalam perawatannya.
Menurutnya, penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita adalah penyakit jaringan penyangga gigi (radang gusi) dan karies (gigi berlubang) serta halitosis (bau mulut), yang semuanya berkaitan erat dengan perilaku membersihkan gigi dan mulut keseharian.
Ia menambahkan, berdasarkan data dari Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 2013 prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25.9%, prevalensi pengalaman karies adalah 72.3%, prevalensi nasional karies aktif adalah 53,2%.
“Dengan demikian masih diperlukan berbagai upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat kita,” ujarnya.
Akan tetapi, lanjutnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum merawat atau menjaga kesehatan gigi dan mulut secara lengkap sehingga menyebabkan penyakit gigi dan mulut.
“Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut secara lengkap mulai daribrushing, rinsing hingga flossing. Sampai saat ini masyarakat Indonesia masih terhenti hingga brushing atau menyikat gigi saja, padahal rinsing atau berkumur dengan mouthwash itu sangat penting karena perlu diingat bahwa gigi hanyalah merupakan 25% dari rongga mulut,” ujarnya.
“Sikat gigi tidak dapat menjangkau seluruh area rongga mulut, terutama area rentan pembentukan plak seperti selasela gigi dan gusi. Jadi, walaupun sudah menyikat gigi dengan sangat baik, kita tidak akan bisa membersihkan semua kuman di dalam mulut. Di situlah mouthwash menjadi solusi,” lanjut Farichah.
PDGI bersama perusahaan Listerine melanjutkan kerjasama untuk mengedukasi masyarakat lewat kegiatan PDGI Pesan Kesehatan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya penggunaan cuci mulut atau mouthwash dua kali sehari setelah menyikat gigi terutama setelah sarapan dan sebelum tidur serta kegiatan Safari ilmiah dan Rakernas PDGI.
“Dalam kerjasama dengan PDGI, edukasi yang kami berikan bukan saja meliputi edukasi terhadap masyarakat umum, namun juga edukasi kepada para praktisi kesehatan gigi, yakni dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi. Semoga dengan kolaborasi antara PDGI dan Listerine dapat membawa perubahan baik bagi masyarakat Indonesia terkait perawatan kesehatan gigi dan mulut,” kata Managing Director PT Johnson and Johnson Vishnu Kalra. (Red-HJ99/Ant).