Demokrasi Spiritual Jadi Konsen FISIP UIN Walisongo

4
Komisioner Komisi Pemilihan Umum Pusat Dr. Juri Ardiantoro M.Si saat diberi kenang-kenangan di Auditorium Fakultas Dakwah & Komunikasi Kampus III (31/3/2016).

Semarang, Harian Jateng – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang menggelar temu tokoh demokrasi bersama Komisioner Komisi Pemilihan Umum Pusat Dr. Juri Ardiantoro M.Si di Auditorium Fakultas Dakwah & Komunikasi Kampus III (31/3/2016).

Dalam acara ini juga sekaligus dilakukan penandatanganan MoU antara Rektor UIN Walisongo dengan KPU Propinsi Jawa Tengah sekaligus penandatanganan PKS KPU Jateng dengan Dekan FISIP.

Kerjasama kelembagaan ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen FISIP dalam mendorong penguatan demokrasi perpolitikan di Indonesia. “Politik demokrasi masih perlu proses pembelajaran. Transisi politik masih mencari jalannya agar semakin sehat dan dewasa” tegas Juri.

Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, lanjutnya, boleh berbangga karena secara formal kita dapat melaksanakan pemilu dengan baik. Namun tidak cukup begitu karena secara substantif masih banyak hal yang harus diperbaiki.

Transformasi IAIN menjadi UIN yang konsekuensinya melahirkan Fakultas baru yang antara lain adalah didirikannya FISIP memiliki arti penting dalam pengembangan politik demokrasi yang berkeadaban.

Pilihan demokrasinya juga harus unik, yaitu demokrasi yang tidak meninggalkan nilai-nilai spiritual, sehingga kesejahteraan  masyarakat segera tercapai sesuai dengan tujuan hidup bangsa Indonesian yang multikultural.

Di sisi lain, Dekan FISIP Dr Muhyar Fanani MAg menegaskan bahwa hari ini bangsa Indonesia membutuhkan model implementasi unity of science dalam bidang politik. Arahnya adalah bagaimana politik itu tidak dipisahkan dari nilai-nilai agama agar semua berjalan dengan baik tanpa harus berpecah-belah.

Demokrasi indonesia, lanjut Muhyar, itu demokrasi pancasila. Yakni demokrasi yg disinari oleh nilai ketuhanan, kejujuran, dan kesucian agar mampu memilih pemimpin yang bijak dan berhikmah. “Bukan demokrasi liberal yang hanya memilih suara terbanyak” pungkasnya.

Sedangkan di sisi lain, Wakil Rektor II Dr Imam Taufiq MAg berharap acara ini menjadi ajang penggalian pengetahuan kepada pelaku demokrasi baik di tingkat nasional hingga lokal. Dan sudah saatnya FISIP UIN Walisongo tampil sebagai garda depan penguatan demokrasi berbasis spiritual ini. (Red-HJ99/Rikza).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here