Mohana |
Bagi Mohana, pemeran Ineke di sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Kartini menjadi sosok perempuan cerdas yang perlu ditiru. “Kartini adalah sosok wanita cerdas, yang mampu berpikir out of the box, pada zamannya dan merupakan pelopor dan penggerak emansipasi,” ujar Mohana kepada Harian Jateng, Kamis (21/4/2016).
Kebaya, lanjut dia, memiliki beberapa simbol, bukan hanya soal pakaian anggun yang dipakai wanita pada zaman itu khususnya.
“Zaman dulu wanita yang pakai kebaya adalah orang-orang menak, tidak semua wanita dapat menggunakan kebaya, sanggul, selop, wanita dahulu pakai kebaya merupakan kalangan bangsawan dan ningrat,” jelasnya.
Wanita rakyat jelata, kata Mohana kepada Harian Jateng, tidak mampu memakai kebaya seperti kartini, mereka hanya pakai pakaian ala kadarnya pada zaman itu, seperti kain samping.
“Kebaya juga merupakan simbol, bahwa wanita yang anggun dan baik adalah wanita yang manut dengan laki-laki, pakaian kebaya membatasi gerak wanita bukan hanya untuk ‘melangkah’ saja,” imbuh perempuan berparas cantik tersebut.
Termasuk masalah menggunakan kebaya, lanjut dia, yang merupakan simbol bahwa wanita tidak bebas bergerak, berkeinginan, bicara mengungkapkan pendapat, mendapatkan pendidikan sama tingginyaa seperti laki-laki.
“Kartini menanamkan dan mengajarkan wanita-wanita untuk tidak bergantung pada laki-laki, mengenyam pendidikan, dan berani bersuara. Pada saat itu kartini masih menggunakan kebaya, karena budayanya wanita pada era-nya memang seperti itu,” tandasnya.
Sekarang Hari Kartini identik denga kebaya, lanjut dia, ya sebagai simbol penghormatan juga pada Kartini yang sudah menjadi pahlawan wanita, pelopor emansipasi. “Walaupun saat itu wanita harus menggunakan kebaya bukan berarti menghentikan langkah Kartini untuk memperjuangkan hak wanita mendapatkan pendidikan, bekerja, dan hak-hak lainnya,” tandas dia.
Utamakan Beauty, Brain dan Behaviour
Menurut Mohana, dengan menjadi wanita cerdas dan tetap memiliki tata krama, wanita mestinya memiliki 3 B, yaitu beauty, brain behaviour. “Cantik memang relatif, cantik fisik dijaga dengan hidup sehat. Cantik juga tidak hanya fisik tapi punya wawasan luas, cerdas, mandiri, berbudi pekerti,” tandas dia.
Dulu, lanjut dia, wanita tidak sebebas sekarang bisa sekolah dan bekerja termasuk hal berpakaian. “Wanita tidak bebas mengungkapkan keinginan, hak dan memiliki cita-cita,” paparnya.
Menurut Mohana, Kartini berpikir dan memiliki persepsi tidak seperti wanita lainnya pada zamannya yang hanya menerima saja keadaan dan kodrat wanita. “Yaitu nurut dengan laki-laki [suami], mau sekolah atau bekerja setinggi apapun pada akhirnya akan bergantung pada laki-laki, menurut apa yang dikatakan suami,” kata dia.
Melalui bukunya habis gelap terbitlah terang, kata Mohana, Kartini menginspirasi banyak wanita pada era-era berikutnya, bahwa kita sebagai wanita tidak bisa hanya menerima, tapi harus berbuat lebih dari itu, bahwa wanita juga memiliki hak yang sama dengan pria, dapat berkontribusi pada kemajuan dan mengharumkan bangsa indonesia. “Bahkan bisa lebih baik dari pria, wanita bisa bekerja dan sekolah seperti laki-laki,” beber dia.
Jangan sampai usaha dan lelah perjuangan Kartini zaman dahulu menjadi sia-sia, kata Mohana, dan jangan lupa juga menjalani kodratnya sebagai wanita. “Walaupun kita sudah diperbolehkan sekolah dan bekerja serta bicara mengungkapkan pikiran dan pendapat,” papar dia.
Wanita Indonesia, kata dia, harus meneruskan perjuanngan Kartini. “Dengan menjadi wanita 3b (beauty, brain, behaviour) cerdas, mandiri, berbudi pekerti, menjaga harkat, derajat dan martabat wanita,” beber Mohana di sela-sela kesibukannya shooting Kuis Baper RCTI tersebut. (Red-HJ99/Foto: Mohana).