Para peserta Pelatihan Rukyat Hilal usai agenda saat foto bersama. |
Kudus, HARIANJATENG.com – Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 2016, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kudus menggelar pelatihan rukyatul hilal yang diikuti sekitar 30-an kader pemuda Muhamamdiyah Kudus.
Pelatihan pengamatan bulan yang digelar sehari di Pantai Kartini Jepara itu sekaligus sebagai kegiatan persiapan menyambut Bulan Ramadan.
Ketua Bidang Dakwah dan Kajian Agama Pemuda Muhammadiyah Kudus Muhammad Abdul Rozak mengatakan bahwa pelatihan ini sekaligus untuk memberikan wawasan penentuan awal bulan komariah kepada para kader muda.
“Karena belum semua memahami metode rukyatul hilal, agar terbangun kesamaan persepsi di kalangan muda Muhamamdiyah Kudus,” katanya, Senin (9/5/2016).
Sementara itu menurut Ustaz Nadhif, rukyatul hilal merupakan salah satu sarana penentuan awal bulan kamariah, terutama didalamnya ada pelaksanaan ibadah, diantaranya penentuan awal Ramadan maupun Syawal.
“Setelah pelatihan ini sebagai follow upnya diagendakan juga pelatihan metode hisab sebagai sarana yang lain kepada para kader muda agar mendapat pemahaman yang utuh terhadap dua metode ini yang sering menjadi pro dan kontra di masyarakat,” katanya.
Selain berlatih melakukan pengamatan langsung menggunakan teropong khusus, dalam paparannya, nadhif juga menjelaskan perbedaan metode rukyatul hilal, hisab, dan imkanur- rukyat. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
Rukyatul hilal misalnya. Banyak hadist yang memerintahkan rukyat sebagai sarana penetapan awal bulan, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW selama sembilan tahun sejak turunnya perintah kewajiban puasa Ramadan.Hanya, keterbatasan mata dan gangguan alam kerap mengganggu pengamatan langsung tersebut.
“Metode ini tidak dapat diulangi karena bergantung pada alam. Metode ini juga rawan terjadi kesalahan dalam pengamatan,” katanya.
Sedangkan kelebihan metode hisab, awal bulan bisa ditetapkan jauh hari. Hasil hitungan dapat dikaji ulang untuk meminimalisasi kesalahan hitung. Hanya, metode ini belum pernah di gunakan pada zaman nabi dan dalilnya masih bersifat global.
“ Hisab sendiri terbagi menjadi beberapa macam, di antaranya wujudul Hilal yang tidak menggunakan batas minimal bulan di atas ufuk, ada juga hisab imkanur-rukyat, kriteria penentuan awal bulan Hijriyah ditetapkan dengan batas minimal bulan di atas ufuk, berdasarkan musyawarah menteri-menteri agama anggota Mabims meliputi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura batas minimal yang menjadi acuan adalah dua derajat,” katanya. (Red-HJ99/Medce Muh Kudus).