Yuli Astuti |
Nama Yuli Astuti, di dunia modelling di Hongkong memang tidak terlalu asing. Sebab, perempuan berkebangsaan Indonesia ini sudah meniti karir sedikit demi sedikit di dunia foto-foto tersebut.
“Awal terjun ke dunia model tahun 2015. Awal tertarik karena saya suka suasana panggung dan suka berlenggak lenggok meskipun pada dasarnya saya ini demam panggung,” ujar Yuli Astuti kepada Harianjateng.com, Minggu (26/6/2016).
Ia mengakui, dalam menjalani dunia modelling ini lebih pada catwalk. “Fokus catwalk sih, tapi suka juga dengan foto model karena suka pose,” ujar dia.
Sampai saat ini, ia mengaku belum pernah foto nude art. Meskipun, sudah banyak para model di luar negeri sudah terbiasa foto nude art dan sejenisnya. “Tidak pernah foto nude dan semacamnya. Tapi kalau foto sexy, maksudnya dress yang sexy pernah. Menurut saya, nude art itu adalah sebagai dari seni. Dan setiap model itu kan punya prinsip sendiri-sendiri, jadi nude art tidak selalu buruk,” tegas dia.
Sukses di Hongkong
Meskipun ia saat ini bekerja di Hongkong, namun ia mengaku tidak tergoda menjadi artis. “Tidak ada target, karena saya paham betul untuk saya menjadi model profesional atau artis, karena tinggi saya cuma 155 cm. Modelling hanya sekadar hobi saja,” beber dia.
Ia mengaku, meskipun sudah mengikuti beberapa perlombaan namun belum berkesempatan menang. “Belum pernah menang di kejuaraan apapun. Tapi saya pernah mengikuti Putri Kartini 2015 yang diadakan oleh sanggar budaya di bawah naungan Konsulat Jendral Republik Indonesia di Hongkong. Dan event-event lain yang diadakan oleh sesama buruh mingran Hongkong,” ungkap dia.
Untuk menjadi model, kata dia, itu kita harus selalu percaya diri dan menjaga sikap. “Karena model yang profesional itu punya sikap yang baik dan profesional dalam setiap busana yang dibawakan,” beber perempuan kelahiran Banyuwangi, 16 Januari 1991 tersebut.
Perempuan ini mengakui, lebih suka pemotretan dengan konsep di taman bunga yang indah. “Aku suka di taman bunga, itu yang paling saya sukai,” imbuh dia.
Ia juga mengatakan, bahwa sejauh mana peran model untuk promosi wisata lewat dunia modelling tersebut sangat signifikan.
“Sangat berpengaruh sekali ya, dunia moddeling dengan promosi wisata. Misalnya, ketika model membawakan kostum kain batik, karena batik merupakan kain khas Indonesia dan sudah dipatenkan UNESCO, maka secara tidak langsung orang luar negeri bisa melihat Indonesia dari kain batik,” jelas dia.
Kondisi di luar negeri dengan Indonesia, terutama dunia modellingnya, menurut dia tidak sama. “Karena yang di sini semua adalah buruh migran TKI yang bekerja sebagai PRT, mungkin tidak sama dengan di Indonesia yang model di jadikan pekerjaan utama. Kerena, kebanyakan dari kita di sini hanya sekadar hobi untuk mengisi hari libur,” tandas dia.
Tapi, lanjut dia, di sini juga para mbak-mabak TKW-nya bisa berpose seperti model profesional dan talent yang sangat bagus. “Dan para make up artisnya pun memiliki skill yang tidak diragukan lagi,” paparnya.
Harapan di tahun ini, ia bisa lebih sukses dan kembali ke Indonesia. “Semoga tahun ini saya bisa lebih baik lagi dan bisa pulang ke Indonesia,” harap dia. (Red-HJ99/Foto: YA).