![]() |
Ilustrasi: Para nelayan saat mengumpulkan hasil tangkapannya. |
Cilacap, Harianjateng.com – Nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah sulit diikutsertakan dalam program asuransi. Hal itu dijelskan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono.
“Pemahaman nelayan terhadap asuransi masih rendah. Selain itu, penghasilan nelayan juga rendah sehingga kemungkinan mereka datang sendiri untuk membayar premi menjadi sangat kecil,” katanya di Cilacap, Selasa (23/8/2016).
Ia menuturkan dalam satu hingga empat bulan pertama, kemungkinan nelayan masih lancar membayar premi asuransi, namun bulan berikutnya belum tentu bisa bayar karena penghasilannya kecil akibat dampak cuaca buruk.
Bahkan jika tidak bisa bayar, kata dia, premi yang telah dibayarkan sebelumnya akan hilang.
“Lalu, bagaimana kalau nelayan yang tidak mampu melanjutkan pembayaran premi itu mendapat musibah,” ucapnya.
Menurut dia, program asuransi juga sulit diterapkan terhadap anak buah kapal (ABK) dari kapal-kapal pencari ikan karena mereka sering berganti-ganti kapal.
Dalam hal ini, kata dia, ABK dapat dengan mudah pindah ke perusahan kapal pencari ikan lainnya jika mereka bosan dengan perusahaan kapal sebelumnya.
“Dengan demikian, kami sering kali merugi karena kadang mereka sudah kami ikut sertakan asuransi selama dua bulan. Namun belum sampai dua bulan, mereka sudah pindah ke kapal lain,” ujar dia yang juga pengusaha kapal pencari ikan.
Terkait hal itu, dia mengharapkan program asuransi nelayan yang digelontorkan pemerintah diharapkan tidak hanya untuk satu tahun, tetapi untuk jangka panjang.
“Kami mendapat informasi jika Cilacap mendapat bantuan asuransi nelayan untuk 12.000 orang. Kami harapkan bantuan itu tidak hanya untuk satu tahun,” tambahnya.
Bahkan, dia mengharapkan perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Cilacap turut membantu membayarkan premi asuransi nelayan melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar (corporate social responsibility-CSR). (Red-HJ99/ant).