Peserta Ordik Maba 2016-2017 ketika mengikuti upacara penutupan, Rabu (7/9/2016). |
Malang, Harianjateng.com – Udara segar itu barusan berlalu. Sehingga kesegaran itu benar terasa dan dapat dinikmati dengan sebaik pula. Tanpa kesegaran, tentunya proses perkembangan penghidupan tak akan berjalan sesuai yang diharapkan.
Adalah sebanyak 1.763 Mahasiswa-Mahasiswi Baru (Maba) Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, mengikuti upacara penutupan Orientasi Pendidikan (Ordik) tahun akademik 2016-2017, selama 3 hari yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) itu, juga ditandai dengan bakti sosial dan penanaman 1.600 anakan pohon di kelurahan Tlogomas, Rabu (7/9/2016).
Upacara penutupan Ordik Maba yang dimulai tepat pukul 08.00 WIB, itu dihadiri Walikota Malang yang diwakili oleh Lurah Tlogomas Ariyadi Wardono, Komandan Rayon Militer (Danramil) 05 Lowokwaru yang diwakili oleh Babinsa Sersan Satu (Sertu) Sudiman, Kapolsek Lowokwaru yang diwakili oleh Babin Kamtibmas Brigadir Defal Rusli Agung, Ketua RT/ RW se- Kelurahan Tlogomas, Karangtaruna Tlogomas, Rektor Unitri yang diwakili oleh Biro Kemahasiswaan Agung Suprojo, Ketua BEM Unitri Eduardus Koesin, Wakil Ketua BEM Unitri Soleman Renda Bili, perwakilan masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unitri dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Unitri dan panitia selaku penyelenggara.
Menariknya, upacara penutupan Ordik Maba angkatan ke-XV tahun 2016-2017 kali ini, sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Yang mana, tampil sebagai inspektur upacara adalah Sertu Sudiman. Sedangkan pemimpin upacara adalah Agung Suprojo. Serta Maba sangat antusias dan semangat mengikuti upacara tersebut.
“Ordik 2016 tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Ordik wajib diikuti oleh seluruh peserta Maba, karena ini merupakan bagian dari program kurikulum akademik. Ordik bertujuan untuk memperkenalkan kampus kepada Maba, sebelum Maba diterima menjadi mahasiswa Unitri,” kata Agung dalam sambutannya.
“Kampus telah menerima kalian, Maba. Selamat bergabung ke dalam lingkungan keluarga besar Unitri. Jadilah mahasiswa-mahasiswi Unitri yang baik, yang akan mengukir prestasi-prestasi untuk mengangkat nama Unitri. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, agar tidak menyusahkan orangtua kalian nantinya,” tambah Agung sembari memberi pesan bijaknya.
Masyarakat Tlogomas, sambung Agung, sangat merespons dan mendukung kehadiran Unitri. Karena dengan kehadiran Unitri di tengah-tengah masyarakat, terkhususnya Kota Malang telah menambah khazanah yang sungguh berbeda karena Bhineka Tunggal Ika yang mempersatukan Indonesia.
Agung juga mengingatkan, agar Maba dapat berbaur dengan masyarakat, karena antara Maba, masyarakat dan pemerintah setempat dapat saling membutuhkan. Sehingga terciptalah proses peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang berakhlak dan berkarakter Pancasila.
“Upacara penutupan Ordik kali ini, juga dilangsungkan dengan penanaman anakan pohon yang telah disiapkan panitia. Anakan pohon yang akan ditanam di wilayah Tlogomas ini, merupakan bukti kecintaan pihak Unitri kepada masyarakat dan pemerintah Kota Malang. Sebanyak 1.600 anakan pohon ini, tentunya akan kembali menghijaukan Malang,” sambung Agung optimis yang disertai tepukan tangan meriah.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unitri Eduardus Koesin berpendapat, Ordik merupakan salah satu cara memanusiakan manusia yang mesti didukung dengan segala daya, guna memajukan pendidikan di Indonesia tercinta ini. Sebab, hanya lewat pendidikan, sumber daya manusia Indonesia makin diperhitungkan bangsa lain.
“Tidak ada cara lain untuk melawan kediktatoran bangsa lain, selain lewat pendidikan. Nah, Ordik itu juga merupakan pendidikan. Jika barangsiapa melukai pendidikan dengan tidak manusiawi, sesungguhnya orang itu telah melukai peradaban. Peradaban itu kan, bagian tak terpisahkan dari manusia. Manusia adalah peradaban yang sungguh mulia,” tegas Edu, panggilan akrabnya.
Dalam Ordik, sambung lelaki kelahiran Ambon, terdapat 2 sisi. Pertama, jangan sampai kehadiran mahasiswa-mahasiswi baru di Kota Malang, mengganggu kenyamanan masyarakat setempat. Dan, kedua mahasiswa-mahasiswi Unitri terpanggil semangatnya untuk tetap menjaga keharmonisan serta kerukukan di tengah masyarakat. Sebab, Unitri berada di tengah-tengah masyarakat.
“Saya menitipkan pesan buat adik-adik Maba, agar dimohon untuk menjaga kerukunan dan kenyamanan di tengah masyarakat. Berbaurlah dengan masyarakat setempat, agar terjadilah harmonisasi yang bernuansakan Bhineka Tunggal Ika yang berasaskan Pancasila. Serta terlibatlah dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan,” pesan lelaki hitam manis ini, yang kini tengah berada di semester 7, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Administrasi Negara.
Sementara, Lurah Tlogomas Ariyadi Wardoyo mengatakan, masyarakat Tlogomas pada dasarnya menerima kehadiran mahasiswa-mahasiswi Unitri dari luar Kota Malang untuk menempuh pendidikan demi tercapainya program pemerintah dalam memberantas buta huruf. Sekaligus lewat pendidikan pula, terjadi pencerahan bagi masyarakat. Karena, apabila anak bangsa Indonesia tidak menikmati pendidikan, maka secara tak langsung telah mematahkan semangat para pendiri bangsa ini.
“Masyarakat Tlogomas itu pada hakekatnya, sangat merespons dan sangat menerima mahasiswa-mahasiswi dari seluruh Indonesia. Karena Kota Malang dan terkhususnya Unitri, merupakan miniature Indonesia dalam mencerdaskan anak bangsa. Di Kota Malang ini, semua anak bangsa berkumpul, bersatu, dan bertekad untuk meraih masa depan demi terciptanya kemajuan SDM,” ujarnya ramah seraya tersenyum.
Suami dari Ema Kartika melanjutkan, kehadiran mahasiswa-mahasiswi dari luar Kota Malang, sesungguhnya telah memberikan dampak positif yang sangat besar buat pemerintah dan masyarakat setempat, dalam menumbuh-kembangkan persaudaraan. Terlebih telah meningkatkan perekonomian masyarakat kecil dan menengah.
“Kontribusinya, ya, sangat besar. Salah satu buktinya itu adalah pendapatan masyarakat makin baik dengan hadirnya banyak kos-kosan dan warung-warung makan. Dan saya mau tegaskan, tidak ada diskriminasi di Kota Malang,” tegasnya.
Lebih jauh ketika disinggung mengenai makin sempitnya ruang regak mahasiswa-mahasiswi dari luar Kota Malang dalam mencari dan menempati kos-kosan, dirinya dengan tegas mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada diskrimanasi yang diperlakukan masyarakat setempat terhadap para perantauan di Kota Malang. Dan apabila kedapatan masyarakat setempat melakukan diskriminasi dengan kesengajaan untuk tidak mau memberikan kos-kosan bagi para mahasiswa-mahasiswi dari luar Kota Malang, maka pihaknya tidak akan segan-segan mengambil sikap tegas terhadap pemilik kos-kosan dan kontrakan.
Babin Kamtibmas Brigadir Defal Rusi Agung punya penilain tersendiri terhadap mahasiswa-mahasiswi Unitri yang berasal dari luar Kota Malang. Menurut pengakuan Brigadir Defal, demikian dipanggil, sejauh ini tidak ada stigma negatif dari masyarakat Kota Malang terhadap mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari luar Kabupaten Malang.
“Saya menilai, tidak ada penilaian buruk atau penilaian jelek terhadap mahasiswa-mahasiswi pendatang di Kota Malang. Malahan kehadiran mahasiswa-mahasiswi dari luar Malang dan juga pendatang yang mencari penghidupan di Kota Malang, sangat membawa keberuntungan bagi masyarakat setempat. Intinya tidak ada penilaian buruk,” tegas anggota Polres Lowokwaru yang dikenal rendah hati dan suka menolong tanpa pamrih ini.
Sedangkan menurut Babinsa Danramil 05 Lowokwaru Sertu Sudiman, mengatakan Kota Malang merupakan pilihan yang tepat buat mahasiswa-mahasiswi asal Timur Indonesia untuk menempuh pendidikan, demi meraih masa depan. Karena Kota Malang merupakan kota pendidikan, selain terkenal dengan banyak objek pariwisatanya.
“Ada nilai tambah tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Kota Malang, ketika dengan ramah dan sopan-santun menerima tamu dari luar daerah untuk mengenyam pendidikan. Saya mengapresiasi BEM Unitri yang telah menyelenggarakan Ordik bagi Maba dengan tidak menggunakan kekerasan. Ini sungguh luar biasa. Berharap Ordik tahun-tahun yang akan datang, tetap menghargai dan mengutamakan manusianya, ketimbang kekerasan. Belajarlah untuk memanusiakan manusia dengan tidak memakai kekerasan,” kata Sertu Sudiman berharap, yang juga merupakan anggota TNI yang sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan Soleman Renda Billi selaku wakil ketua BEM Unitri di sela-sela penutupan upacara penutupan Ordik yang ketika diajak berdiskusi dengan media ini berpendapat, sesungguhnya memanusiakan manusia dengan mendidik Maba lewat Ordik itu merupakan perutusan yang sedang dan akan terus didengungkan oleh BEM. Karena BEM Unitri melihat dan menilai, Ordik telah berhasil dilakukan dengan tidak melakukan kekerasan, baik verbal maupun non verbal.
“Keberhasilan BEM merupakan keberhasilan kita bersama. Karena di dalam keberhasilan itu, kita sedang menyusun dan memajukan Unitri yang lebih berkualitas lagi. Keberhasilan Ordik terhadap Maba dengan tidak memakai kekerasan merupakan kunci untuk menghantar Unitri meraih akreditasi pada tiap-tiap fakultas dan jurusan,” ucap Soleman, lelaki kelahiran Sumba Barat Daya, NTT.
Asra Bulla Junga Jara, salah satu peserta Ordik Maba kepada media ini menuturkan, dengan mengikuti Ordik sesungguhnya sedang melatih mental dan kedisiplinan diri bagi setiap mahasiswa-mahasiswi Unitri. Karena di dalam Ordik itu, terselib nilai-nilai humanis.
“Saya sangat berterima kasih kepada pihak kampus dalam hal ini rektorat Unitri, BEM, dan panitia yang telah membentuk kami para Maba dengan cara mereka. Cara mendidik mereka itu sungguh sangat santun, humanis, radiks, akurat dan kredibel. Tanpa mereka, kami para Maba belum melihat dan mengetahui apa-apa tentang arti sebuah perkuliahan,” katanya merendah sembari mengumbar senyum. (Red-HJ99/Felixianus Ali).