Produk Foopak Lolos Sertifikasi FDA, ISEGA dan MUI

14
Suasana Roadshow Food Safety Packaging yang digelar Foopak di Crowne Plaza Hotel Semarang, Kamis, (1/12/2016).

Semarang, Harianjateng.com – Produk Foopak, sebelum dipasarkan di dunia, sudah lolos sertifikasi dari berbagai lembaga internasional. Foopak adalah produk 100 persen food grade yang sudah sesuai dengan Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat dan Sertifikasi ISEGA dan sertifikasi Halal dari LPPOM MUI.  Hal itu dijelaskan Atul Tyagi, Technical Expert Foopak di sela-sela acara Roadshow Food Safety Packaging di Crowne Plaza Hotel Semarang, Kamis, (1/12/2016).

 

 

Bahkan, Foopak hadir di Kota Semarang dengan mendatangkan pakar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 

 

Atul Tyagi juga mengatakan bahwa produk Foopak dapat dijadikan solusi dalam menghadirkan kemasan pangan yang aman dan higienis bagi konsumen dan produsen makanan. Ia menjelaskan bahwa Foopak adalah kemasan pangan food grade. “Jadi foopak benar-benar aman untuk digunakan,” ujar dia kepada Harianjateng.com, Kamis (1/12/2016).

 

 

Dia menegaskan, Foopak merupakan satu-satunya perusahaan besar yang sudah lolos dan teruji. “Produk Foopak telah teruji bebas dari bahan kimia berbahaya, bersertifikat Food and Drugs Administration (FDA), sudah memiliki sertifikasi ISEGS dan sertifikasi halal. Produk Foopak juga didesain khusus sesuai jenis makanan dengan keunggulan melindungi makanan dari kontaminasi,” beber perwakilan produsen kemasan pangan food grade tersebut.

 

Ia melanjutkan, bahwa Foopak memiliki kemampuan menahan minyak, dapat digunakan di dalam lemari es, dan tahan terhadap panas sampai 200 derajat celcius. Foopak juga ramah lingkungan. Foopak yang sudah dibuang akan hancur oleh alam setelah 12 minggu.

 

 

Sementara itu, Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI Dr Lisman Suryanegara mengajak masyarakat untuk memakai kemasan makanan yang higienis, yaitu kemasan makanan yang berbahan dasar kertas non daur ulang. Ia menjelaskan bahwa kemasan makanan dari kertas daur ulang atau kertas bekas mengandung banyak bakteri contohnya kertas koran dan kertas bekas cetakan.

 

“Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya, ini melebihi batas yang ditentukan,” beber Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI Dr Lisman Suryanegara saat acara roadshow food safety packaging di Crowne Plaza Hotel Semarang, Kamis, (1/12/2016).

 

Berdasarkan riset LIPI, jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas kemasan daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram. Rata-rata kertas nasi yang digunakan beratnya 70-100 gram. Artinya, sebanyak 105-150 juta bakteri terdapat di kertas tersebut.

 

 

“Sayangnya, di Indonesia masih banyak penggunaan kertas kemasan pangan yang belum layak. Contohnya masih banyak penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak,” ujarnya.

 

Salah satu alternatif, agar masyarakat terhindar dari bakteri pada kertas bekas atau kertas daur ulang adalah dengan menggunakan kertas berkategori food grade untuk membungkus makanan.

 

Food grade adalah satu istilah untuk menjelaskan golongan material yang layak dipakai untuk memproduksi perlengkapan makan. Suatu material dianggap food grade apabila material tersebut tidak akan memindahkan atau mentransfer zat-zat yang berbahaya/beracun ke makanan yang akan kita makan.

 

Foopak sejak diluncurkan tahun 2013 silam, memiliki enam varian kemasan, meliputi Foopak Heat Sealable Board, Foopak Grease Proof Board, Foopak Hard Size Board, Foopak PE Board dan Foopak Natura Board. Foopak adalah produk 100 persen food grade yang sudah sesuai dengan Food and Drugs Administration Amerika Serikat dan Sertifikasi ISEGA dan Halal dari LPPOM MUI.

 

 

Kegiatan tersebut dihadiri ratusan perwakilan dari sekitar 70 lebih perusahaan yang diundang. Dalam kegiatan tersebut, juga digelar tanya jawab seputar Foopak dan keamanannya. Selain Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI Dr Lisman Suryanegara, hadir juga Ani Rohmaniyatai dari BPOM dan Muti Arintawati dari MUI serta Iswidodo sebagai moderator. (Red-HJ99/Hrs).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here