Semarang, Harianjateng.com – Menyambut peringatan HTBS (Hari TB Se-Dunia) pada 24 Maret 2017, Community TB HIV Care Aisyiyah Provinsi Jawa Tengah menggelar program Gerakan Aksi Ketuk Pintu Rumah Warga. Selama 14 hari mengandeng langsung Dinas Kesehatan, sebanyak 26 Kabupaten dan Kota se Jawa Tengah melaksanakan kegiatan aksi ketuk pintu, mulai dari Kab.Brebes, Kab.Tegal, Kota Tegal, Kab.Pemalang, Kab.Pekalongan, Kab.Batang, Kab. Kendal, Kota Semarang, Kab. Semarang, Kab. Jepara, Kab.Pati, Kab.Kudus, Kota Salatiga, Kab. Grobokan, Kota Surakarta, Kab.Kalaten, Kab.Sukoharjo, Kab.Karangayar, Kab. Sragen, Kab.Boyolali, Kab.Purworejo, Kab.Wonosobo, Kab.Bayumas, Kab.Cilacap, Kab.Kebumen, dan Kab.Purbalingga. Ditargetkan minimal 1000 rumah dikunjungi oleh 48 kader TB di daerah-daerah serentak diterjunkan langsung untuk melaksanakan program tersebut, yang dimulai pada Senin (6/3/2017).
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global dan nasional. Berdasarkan laporan global TB report tahun 2015 diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban TB yang terbesar ke-2 diantara 5 negara yaitu India, China, Nigeria, dan Pakistan.
Pada tahun 2015, diperkirakan ada 1.000.000 kasus TB di Indonesia di mana 324.000 ternotifikasi oleh Program. Dengan demikian masih ada sekitar 680.000 (68%) kasus TB yang hilang atau tidak terlaporkan, Kerjasama yang baik antara pemerintah, sektor swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Civil Society Organization (CSO) sangat diperlukan, sehingga dapat mendorong peningkatan penemuan kasus TB, agar TB dapat segera didiagnosis dan diobati hingga sembuh.
“Kegiatan Ketuk Pintu ini merupakan kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader TB Aisyiyah yang terlatih untuk memberikan informasi mengenai TB sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TB pada semua anggota keluarga yang ditemui saat itu (minimal 1 orang dewasa), dan jika dari hasil skrining/penapisan ditemukan gejala TB (1 gejala utama TB atau 3 gejala tambahan) maka akan diberikan surat rujukan untuk periksa dahak di Fasyankes terdekat. Ungkap Muhammad Sabbardi selaku staf Advokasi Komunikas dan Mobilitas Sosial (ASCM) dalam pers rilisnya
Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Penularannya yang super cepat melalui perantara udara membuatnya lebih cepat menular ke orang lain. Bahkan, penderita TB sudah mulai banyak yang kebal obat. Dan celakanya, penularan virus TB dari pederita TB kebal obat akan menularkan TB kebal obat juga pada orang lain. Padahal, untuk penyembuhan TB harus minum obat secara teratur selama 6 bulan. Sementara TB kebal obat harus teratur minum obat selama 2 tahun. Selain itu, tidak semua fasilitas kesehatan mampu menangani TB kebal obat.
Sejauh ini, banyak sekali masyarakat yang belum tahu tentang TB. Mereka butuh diberikan sosialisasi apa itu TB dan bahayanya. Supaya kasus TB pun semakin berkurang seiring banyaknya kasus TB yang ditemukan dan diobati.
“Dengan mengambil tema peringatan HTBS tahun 2017 “Gerakan Masyarakat Menuju Jawa Tengah Bebas Tuberkulosis” ini, diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat serta pemangku kebijakan dalam mendukung program penanggulangan TB dan mampu menempatkan TB sebagai isu utama di semua sektor masyarakat. Selain itu penyebarluasan informasi tentang TB kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian untuk mencegah penularan TB yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga,” imbuhnya. (Red-HJ99/ovan).