kendal, Harianjateng.com- Kabupaten Kendal bersama dengan Jamaah Rifa’iyyah mengadakan seminar nasional dengan mengangkat tema “KH. Rifa’i Pahlawan Nasional Asal Kendal”, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional, Kamis (9/11/2017) bertempat di Pendopo Kabupaten Kendal.
Acara itu dihadiri oleh Forkopimda Kabupaten Kendal, jama’ah Rifa’iyyah dari 22 provinsi, Veteran Kabupaten Kendal, Ketua KNPI Kabupaten Kendal. Hadir sebagai pemateri Prof. Dr. H Abdul Djamil.
Parno Ketua Angkatan Muda Rifa’iyyah Kabupaten Kendal selaku ketua panitia menjelaskan, “acara ini digelar agar masyarakat Kendal tahu bahwa Kendal mempunyai aset besar yaitu KH. Rifa’i yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2004, dan Kendal punya sosok yang bisa ditiru suri teladannya, kedepan diharapkan ada kesinergian yang baik dan pasti antara Jamaah Rifa’iyyah dengan pemerintah Kabupaten Kendal, agar kedepan bisa mengenang jasa-jasa KH. Ahmad Rifa’i sebagai motivasi para jamaah Rifa’iyyah.”
Bupati Kendal dalam sambutannya yang diwakili oleh Wakil Bupati Masrur Masykur menyampaikan, “kami mengapresiasi terselanggaranya acara seminar nasional ini, dengan mengangkat tema KH. Ahmad Rifa’i sebagai pahlawan nasional asal kendal, semoga ini bisa menjadi contoh bagi para generasi muda kita, bahwa semangat perjuangan akan terus terpatri didalam diri kita sepanjang masa, seperti yang kita ketahui pejuangan beliau dalam masa penjajahan Belanda tidak melawan dengan kekerasan tetapi dengan pembinaan keyakinan melalui agama dengan takbir keliling. Tidak hanya keagamaan saja tetapi juga sosial kemasyarakatan.”
Bupati juga menyampaikan pesan, “mari kita semua bisa mencontoh para pahlawan bangsa, dan tunjukan bahwa kita bisa menjadi pahlawan, baik untuk diri kita sendiri, pahlawan keluarga, pahlawan linkungan, ataupun pahlawan kepada nusa dan bangsa dengan berbuat baik dan bisa bermanfaat. Mari kita begandengan tangan bersatu padu untuk bisa guyub rukun, hindari perpecahan jangan mudah terprovokasi oleh siapapun, baik lewat media sosial atau pun secara langsung yang isinya hasutan untuk memperpecah belah persatuan dan kesatuan kita.”
Sedangankan Prof. Dr. H. Abdul Djamil dalam seminar nasional yang mengangkat tema “KH. Ahmad Rifa’i Pahlawan Nasional Asal Kendal” dalam pemaparannya menyampaikan, “salut kepada pemerintah Kabupaten Kendal yang mengangkat tema KH Ahmad Rifa’i sebagai putra Kendal yang tak banyak dikenal oleh banyak orang, bahkan mengikutnya pernah dilarang menyebarkan aliran alim adil tahun 1982.
Lanjut Abdul Jamil, “dalam konteks kewilayahan hadirnya kiai Rifa’i adalah aset daerah Kendal yang mendapat pengakuan sebagai pahlawan nasioanal tahun 2014 karena jasanya sebagai pemikir dan penulis Islam yang di kenal dengan pernyataan anti Belandanya.”
Dirinya juga menyampaikan, menurutnya dari perspektif isi dibidang fiqih, kiai Rifa’i tegas menyatakan diri sebagai pengikut mazhab Syafi’i. “Pada bidang aqidah kiai Rifa’i beridiologi Ahlussunnah karena mengikuti pandangan Al-Asya, di sini sebenarnya secara substantif sama dengan ideologi NU yang memili salah satu dari empat mazhab namun secara praktis mengikuti Safi’i. Jadi dengan NU sebenarnya seperti bersaudara lain bapak saja,” ujarnya.
Pada akhirnya larangan ajaran itu dicabut dan bahkan tahun 2004 kiai Rifa’i diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional. Itulah sejarah yang jujur bisa membolak balikan kesimpulan dalam sekejap.
Abdul Djamil juga menambahkan bahwa corak pengajaran KH. Ahmad Rifa’i dilihat dari buku, kiai Rifa’i termasuk kategori kiai yang sangat produktif. “Karyanya mencapai jumlah 69 buah, satu diantaranya halamannya mencapai 1500 (Abyan al-Hawaij), sebagian ditulis dengan bahasa Nazam dengan tujuan mudah di hafal oleh santri-santrinya. Selain itu ditulis dengan bahasa Jawa untuk menyesuaikan dengan santrinya yang tidak semuanya mengerti bahasa Arab,” ungkapnya.
“Ikatan solidaritas warga pengikut kiai Rifa’i sangat kuat dengan bukti mereka masih kokoh ditengah-tengah badai tetapi tetap istiqomah tidak menggadaikan ideologi. Kecintaan warga Rifa’iyyah terhadap sosok kiai Rifa’i juga tinggi sehingga berhasil memperjuangkan menjadi pahlawan nasional dari yang semula dilarang ajarannya menjadi pahlawan. Ideologi tak akan mati dan tidak ada pihak manapun yang dapat mematikannya,” tutup Prof. H., Abdul Djamil, MA.
Red-HJ99/Heri