Go-Young Farmers: Petani Muda Kunci Keberhasilan Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

7

Jakarta, Harianjateng.com– Indonesia menghadapi masalah regenerasi petani yang lambat karena kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian. Saat ini terdapat sekitar 61% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Melibatkan kaum muda di bidang pertanian menjadi prioritas jika kita ingin mencapai ketahanan pangan nasional. Topik tersebut diangkat dalam acara talkshow Go-Young Farmers yang merupakan bagian dari perhelatan The Jakarta Food Security Summit 2018 yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

Hadir sebagai panelis dalam acara tersebut yaitu Dr. Bayu Krisnamurthi, Dosen IPB, Adi Pramudya, Petani Muda Terbaik 2016 dan Jens Hartmann, Head of Region APAC 1 Crop Science Division, Bayer, dimana mereka bersepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan daya tarik profesi di bidang pertanian agar dapat mengajak kaum muda terlibat di pertanian, salah satunya adalah melalui modernisasi pertanian.

Dr. Bayu Krishnamurthi dalam kesempatan itu mengatakan, Indonesia akan mengalami periode bonus demografi, dimana jumlah orang produktif lebih tinggi daripada jumlah lansia dan anak-anak. “Ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengenalkan pertanian kepada generasi muda, jika tidak pertanian akan mengalami kekurangan sumber daya manusia dan akan sulit bagi kita untuk mencapai ketahanan pangan nasional,” ujarnya pada Jumat (09/03/2018).

Generasi muda sebagai kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Pertanian digital adalah salah satu alat pertanian modern yang dapat mengubah pertanian menjadi bisnis yang menarik.

Jens Hartmann saat memaparka materinya mengatakan bahwa Digital Farming merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat. Teknologi ini membuat manajemen risiko di pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan. Digital Farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan pemupukan, dan rekomendasi dapat dibuat khusus bagi masing-masing petani di lahan yang berbeda. Pertanian digital juga memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup,” paparnya.

“Pertanian adalah bisnis berisiko tinggi karena sulit diprediksi. Suatu hari mungkin kita menganggap tanaman tumbuh dengan baik namun bisa saja pada keesokan harinya terjadi hujan lebat yang merusak tanaman. Dengan teknologi, kita dapat menggunakan berbagai aplikasi untuk meminimalkan risiko yang ada. Ini memungkinkan kita untuk memprediksi kemungkinan hujan, serangan hama dan penyakit. Ini juga membantu memberi tahu kita kapan harus mengaplikasikan pupuk dan perlindungan tanaman. Teknologi ini penting untuk mengambil keputusan secara lebih tajam, cerdas, mudah, dimanapun dan kapanpun,” lanjut Jens Hartmann

Sedangkan menurut Adi Pramudya, Petani Muda Terbaik 2016 mengataka, “pertanian digital sangat ideal bagi generasi muda.”

Go-Young Farmers Talkshow juga menampilkan inisiatif yang dilakukan oleh perusahaan anggota KADIN dalam melibatkan generasi muda di bidang pertanian.

Jens Hartmann menjelaskan tentang ‘Program Pelatihan Kejuruan Pertanian di Merauke oleh Bayer. Program yang dikembangkan oleh Bayer ini memberi para siswa praktik industri lapangan (Prakerin) selama 3 bulan. Para siswa melakukan praktik untuk menjadi usahawan di bidang pertanian yang dibimbing oleh praktisi profesional.

Jens Hartmann juga menambahkan, “11% lulusan sekolah menengah kejuruan akhirnya menganggur. Bayer merancang program ini bagi siswa sekolah menengah kejuruan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar selaras dengan standar industri. Modul pelatihan dalam program ini dirancang bersama oleh industri dan sekolah kejuruan.”

Perusahaan lain yang berinisiatif dalam melibatkan generasi muda adalah Tri Putra Agro Persada. Mereka membuat pelatihan kejuruan yang dikhususkan bagi para pangangguran lulusan Sekolah Dasar untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memanen kelapa sawit. Program ini dirancang untuk mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di areal perkebunan.

“Kita harus menyambut dan mendorong inisiatif dari sektor swasta di bawah KADIN untuk melibatkan generasi muda Indonesia melalui peningkatan keterampilan pertanian. Jika usaha ini terus berlanjut, Indonesia tidak hanya akan dapat mencapai potensi di bidang pertanian tetapi juga dapat mempertahankan ketahanan pangan di masa yang akan datang,” tutur Bayu Krishnamurthi.

Red-HJ99

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here