Wonogiri, Harianjateng.com- Tanoto Foundation dengan Program Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran (PINTAR) secara berkesinambungan terus bergerak melakukan pelatihan secara masif kepada guru dan kepala sekolah/madrasah mitra di Kabupaten Wonogiri.
Pelatihan tersebut melatih mendekatkan pembelajaran pada mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi serta menggunakan pendekatan higher order thinking skills atau kemampuan berfikir kritis.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd hadir dan mengikuti pelatihan yang diselenggarkan di gedung PGRI, Kamis (8/11/2018). Dalam kesempatan itu, Kasubdit menyampaikan bahwa setelah seharian beliau mengamati pelatihan dan datang langsung ke Madrasah, apa yang dilakukan oleh PINTAR Tanoto Foundation sudah sesuai dengan kebutuhan guru dalam mendidik siswa untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.
“Tantangan yang dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 sangat ketat. Sehingga sangat diperlukan revolusi dalam pembelajaran. PINTAR sudah mulai melakukannya. Saya lihat tadi ketika seorang fasilitator mengajarkan satu komponen pelatihan yaitu membuat pertanyaan dan lembar kerja tingkat tinggi,” kata Dr. H. Ahmad Hidayatullah yang juga salah satu pendiri Insan Cendekia tersebut.
Ia menjelaskan, pembelajaran bukan hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi lebih daripada itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar agar anak mampu belajar secara optimal dan anak menjadi seorang pembelajar. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Karena lingkungan zaman industri 4.0 ini sumber belajar sudah ada dimana-mana.
“Era Revolusi Industri 4.0 membutuhkan revolusi pembelajaran untuk menghadapinya. Revolusi pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan 5 fase-fase pembelajaran kepada siswa,” ungkap Dr. H. Ahmad Hidayatullah.
Fase-fase dalam pembelajaran yang perlu dikuasai siswa dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran secara bertahap adalah fase pertama learning to know, fase ke dua yaitu learning to do. Fase ke tiga setelah siswa melakukan adalah bagaimana yang dilakukan tersebut terinternalisasi dalam diri masing-masing siswa. Yang ke 4 adalah bagaimana kebaikan terinternalisasi bisa dikerjasamakan dengan yang lain. Dan terakhir ketika semua fase telah terlampaui, yaitu bahwa pendidikan harus melakukan transformasi budaya dan peradaban. Oleh karena itu, sudah saatnya seorang guru memancing siswa untuk memiliki daya cipta dan ide-ide kreatif.
Kasubdit juga memberikan apresiasi kepada Tanoto Foundation karena dengan program PINTAR karena sesuai dengan perkembangan zaman. “Jadi sangat tepat, bila Program PINTAR Tanoto Foudation meletakkan program pengembangan pembelajaran berdasarkan pada kemampuan berfikir tingkat tinggi. Karena dari situ fase tertinggi menciptakan daya kreasi bisa dibentuk dan dibiasakan secara bertahap,” tuturnya.
Koordinator Kerjasama dan Perencanaan Program PINTAR Jakarta, Rudi Sopiana menjelaskan pelatihan di program PINTAR dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Pada tahun pertama, sebagai fondasi, guru-guru dilatih methodologi pedagoginya. Sedangkan kepala sekolah selain dilatih metodologi pedagogi juga dilatih kemampuan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Pada tahun-tahun selanjutnya akan dikembangkan pada konten. Setelah itu, akan dilatih program-program pengembangan sekolah yang lain dan komprehensif.
“Setelah semua sekolah mitra menerapkan dan menjadi sekolah praktik baik. Kita akan dorong agar sekolah-sekolah lain di kabupaten mampu merasakannya juga,” ujar Rudi.
Pelatihan praktik baik pada gelombang ke 4 ini dilakukan untuk mitra SMP dan MTS sejumlah 8 sekolah yang berasal dari kecamatan Wonogiri dan Pracimantoro. Kegiatan di Gedung PGRI tersebut, diikuti oleh peserta yang berasal dari guru 5 mata pelajaran yaitu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setiap mata pelajaran diwakili oleh 3 orang guru. Selama 3 hari mereka melakukan pelatihan dan pada hari terakhir mereka akan melakukan praktik di sekolah masing-masing. Setelah pelatihan mereka akan didampingi sebanyak 20 kali untuk memastikan hasil-hasil pelatihan dilakukan secara konsiten.
Red-HJ99/Aris